Kegagalan Prod Asuransi Berbasis IT

Kegagalan Prod Asuransi Berbasis It Read More!

Tugas Sim Asuransi

Tugas SIM Asuransi Read More!

tugas sim asuransi

Read More!

BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA

1. Prilaku Hubungan Sosial dan Solidaritas Antar Teman pada Prilaku Gaya Hidup Remaja

Pada masa remaja, terdapat banyak hal baru yang terjadi, dan biasanya lebih bersifat menggairahkan, karena hal baru yang mereka alami merupakan tanda-tanda menuju kedewasaan. Dari masalah yang timbul akibat pergaulan, keingin tahuan tentang asmara dan seks, hingga masalah-masalah yang bergesekan dengan hukum dan tatanan sosial yang berlaku di sekitar remaja.

Hal-hal yang terakhir ini biasanya terjadi karena banyak faktor, tetapi berdasarkan penelitian, jumlah yang terbesar adalah karena "tingginya" rasa solidaritas antar teman, pengakuan kelompok, atau ajang penunjukkan identitas diri. Masalah akan timbul pada saat remaja salah memilih arah dalam berkelompok.

Banyak ahli psikologi yang menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh masalah, penuh gejolak, penuh risiko (secara psikologis), over energi, dan lain sebagainya, yang disebabkan oleh aktifnya hormon-hormon tertentu. Tetapi statement yang timbul akibat pernyataan yang stereotype dengan pernyataan diatas, membuat remaja pun merasa bahwa apa yang terjadi, apa yang mereka lakukan adalah suatu hal yang biasa dan wajar.

Minat untuk berkelompok menjadi bagian dari proses tumbuh kembang yang remaja alami. Yang dimaksud di sini bukan sekadar kelompok biasa, melainkan sebuah kelompok yang memiliki kekhasan orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara khusus hanya berlaku dalam kelompok tersebut. Atau yang biasa disebut geng. Biasanya kelompok semacam ini memiliki usia sebaya atau bisa juga disebut peer group.

Demi kawan yang menjadi anggota kelompok ini, remaja bisa melakukan dan mengorbankan apa pun, dengan satu tujuan, Solidaritas. Geng, menjadi suatu wadah yang luar biasa apabila bisa mengarah terhadap hal yang positif. Tetapi terkadang solidaritas menjadi hal yang bersifat semu, buta dan destruktif, yang pada akhirnya merusak arti dari solidaritas itu sendiri.

Demi alasan solidaritas, sebuah geng sering kali memberikan tantangan atau tekanan-tekanan kepada anggota kelompoknya (peer pressure) yang terkadang berlawanan dengan hukum atau tatanan sosial yang ada. Tekanan itu bisa saja berupa paksaan untuk menggunakan narkoba, mencium pacar, melakukan hubungan seks, melakukan penodongan, bolos sekolah, tawuran, merokok, corat-coret tembok, dan masih banyak lagi.

Secara individual, remaja sering merasa tidak nyaman dalam melakukan apa yang dituntutkan pada dirinya. Namun, karena besarnya tekanan atau besarnya keinginan untuk diakui, ketidak berdayaan untuk meninggalkan kelompok, dan ketidak mampuan untuk mengatakan "tidak", membuat segala tuntutan yang diberikan kelompok secara terpaksa dilakukan. Lama kelamaan prilaku ini menjadi kebiasaan, dan melekat sebagai suatu karakter yang diwujudkan dalam berbagai prilaku negatif.

Kelompok atau teman sebaya memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menentukan arah hidup remaja. Jika remaja berada dalam lingkungan pergaulan yang penuh dengan "energi negatif" seperti yang terurai di atas, segala bentuk sikap, perilaku, dan tujuan hidup remaja menjadi negatif. Sebaliknya, jika remaja berada dalam lingkungan pergaulan yang selalu menyebarkan "energi positif", yaitu sebuah kelompok yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan peluang untuk mengaktualisasikan diri secara positif kepada semua anggotanya, remaja juga akan memiliki sikap yang positif. Prinsipnya, perilaku kelompok itu bersifat menular.

Motivasi dalam kelompok (peer motivation) adalah salah satu contoh energi yang memiliki kekuatan luar biasa, yang cenderung melatarbelakangi apa pun yang remaja lakukan. Dalam konteks motivasi yang positif, seandainya ini menjadi sebuah budaya dalam geng, barangkali tidak akan ada lagi kata-kata "kenakalan remaja" yang dialamatkan kepada remaja. Lembaga pemasyarakatan juga tidak akan lagi dipenuhi oleh penghuni berusia produktif, dan di negeri tercinta ini akan semakin banyak orang sukses berusia muda. Remaja juga tidak perlu lagi merasakan peer pressure, yang bisa membuat mereka stres.

Secara teori diatas, remaja akan menjadi pribadi yang diinginkan masyarakat. Tetapi tentu saja hal ini tidak dapat hanya dibebankan pada kelompok ataupun geng yang dimiliki remaja. Karena remaja merupakan individu yang bebas dan masing-masing tentu memiliki keunikan karakter bawaan dari keluarga. Banyak faktor yang juga dapat memicu hal buruk terjadi pada remaja.

Seperti yang telah diuraikan diatas, kelompok remaja merupakan sekelompok remaja dengan nilai, keinginan dan nasib yang sama. Contoh, banyak sorotan yang dilakukan publik terhadap kelompok remaja yang merupakan kumpulan anak dari keluarga broken home. Kekerasan yang telah mereka alami sejak masa kecil, trauma mendalam dari perpecahan keluarga, akan kembali menjadi pencetus kenakalan dan kebrutalan remaja.

Tetapi, masa remaja memang merupakan masa dimana seseorang belajar bersosialisasi dengan sebayanya secara lebih mendalam dan dengan itu pula mereka mendapatkan jati diri dari apa yang mereka inginkan.

Hingga, terlepas dari itu semua, remaja merupakan masa yang indah dalam hidup manusia, dan dalam masa yang akan datang, akan menjadikan masa remaja merupakan tempat untuk memacu landasan dalam menggapai kedewasaan.

2. Kenakalan Remaja, Peran Orang Tua, Guru dan Lingkungan

Sebenarnya menjaga sikap dan tindak tanduk positif itu tidak hanya tanggung jawab para guru dan keluarganya, tetapi semua orang, Guru yang selalu mengusahakan keluarganya menjadi garda terdepan dalam memberikan pendidikan dengan sebuah contoh, adalah cerminan komitmen dan pendalaman makna dari seorang guru. Sang guru harus berusaha agar keluarganya baik dan tidak korupsi agar ia dapat mengajari kepada murid-muridnya yang merupakan remaja generasi penerus bangsa memiliki moral dan ahlak baik dan tidak korupsi, berusaha tidak berbohong agar murid-muridnya sebagai remaja yang baik tidak menjadi pendusta, tidak terjaebak dalam kenakalan remaja.

Guru adalah profesi yang mulia dan tidak mudah dilaksanakan serta memiliki posisi yang sangat luhur di masyarakat. Semua orang pasti akan membenarkan pernyataan ini jika mengerti sejauh mana peran dan tanggung jawab seorang guru . Sejak saya baru berusia 6 tahun hingga dewasa, orang tua saya yang merupakan seorang guru, selalu memberikan instruksi yang mengingatkan kami para anak-anaknya adalah anak seorang guru yang harus selalu menjaga tingkah laku agar selalu baik dan jangan sampai melakukan sebuah kesalahan . Seberat itukah, seharus itukah kami bertindak Lantas apa hubungan profesi orang tua dengan dengan anak-anaknya, apakah hanya anak seorang guru yang harus demikian ?.

Peran guru tidak hanya sebatas tugas yang harus dilaksanakan di depan kelas saja, tetapi seluruh hidupnya memang harus di dedikasikan untuk pendidikan. Tidak hanya menyampaikan teori-teori akademis saja tetapi suri tauladan yang digambarkan dengan perilaku seorang guru dalam kehidupan sehari-hari.

Terkesannya seorang Guru adalah sosok orang sempurna yang di tuntut tidak melakukan kesalahan sedikitpun, sedikit saja sang guru salah dalam bertutur kata itu akan tertanam sangat mendalam dalam sanubari para remaja. Jika sang guru mempunyai kebiasaan buruk dan itu di ketahui oleh sang murid, tidak ayal jika itu akan dijadikan referensi bagi para remaja yang lain tentang pembenaran kesalahan yang sedang ia lakukan, dan ini dapat menjadi satu penyebab, alasan mengapa terjadi kenakalan remaja.

Sepertinya filosofi sang guru ini layak untuk di jadikan filosofi hidup, karena hampir setiap orang akan menjadi seorang ayah dan ibu yang notabenenya merupakan guru yang terdekat bagi anak-anak penerus bangsa ini. Akan sulit bagi seorang ayah untuk melarang anak remajanya untuk tidak merokok jika seorang ayahnya adalah perokok. Akan sulit bagi seorang ibu untuk mengajari anak-anak remaja untuk selalu jujur, jika dirumah sang ibu selalu berdusta kepada ayah dan lingkungannya, atau sebaliknya. jadi bagaimana mungkin orang tua melarang remaja untuk tidak nakal sementara mereka sendiri nakal?

Suatu siang saya agak miris melihat seorang remaja SMP sedang asik mengisap sebatang rokok bersama adik kelasnya yang masih di SD, itu terlihat dari seragam yang dikenakan dan usianya memang terbilang masih remaja. Siapa yang harus disalahkan dalam kasus ini. Apakah sianak remaja tersebut, sepertinya tidak adil kalau kita hanya menyalahkan si anak remaja itu saja, anak itu terlahir bagaikan selembar kertas yang masih putih, mau jadi seperti apa kelak di hari tuanya tergantung dengan tinta dan menulis apa pada selembar kertas putih itu . Orang pertama yang patut disalahkan mungkin adalah guru, baik guru yang ada di rumah ( orang tua ), di sekolah ( guru), atau pun lingkungannya hingga secara tanpa disadari mencetak para remaja tersebut untuk melakukan perbuatan yang dapat digolongkan ke dalam kenakalan remaja.

Peran orang tua yang bertanggung jawab terhadap keselamatan para remaja tentunya tidak membiarkan anaknya terlena dengan fasilitas-fasilitas yang dapat menenggelamkan si anak remaja kedalam kenakalan remaja, kontrol yang baik dengan selalu memberikan pendidikan moral dan agama yang baik diharapkan akan dapat membimbing si anak remaja ke jalan yang benar, bagaimana orang tua dapat mendidik anaknya menjadi remaja yang sholeh sedangkan orang tuanya jarang menjalankan sesuatu yang mencerminkan kesholehan, ke masjid misalnya. Jadi jangan heran apabila terjadi kenakalan remaja, karena sang remaja mencontoh pola kenakalan para orang tua

Tidak mudah memang untuk menjadi seorang guru. Menjadi guru diharapkan tidak hanya didasari oleh gaji guru yang akan dinaikkan, bukan merupakan pilihan terakhir setelah tidak dapat berprofesi di bidang yang lain, tidak juga karena peluang. Selayaknya cita-cita untuk menjadi guru didasari oleh sebuah idealisme yang luhur, untuk menciptakan para remaja sebagai generasi penerus yang berkualitas.

Sebaiknya Guru tidak hanya dipandang sebagai profesi saja, tetapi adalah bagian hidup dan idialisme seorang guru memang harus dijunjung setinggi-tingginya. Idealisme itu seharusnya tidak tergantikan oleh apapun termasuk uang. Namun guru adalah manusia, sekuat-kuatnya manusia bertahan dia tetaplah manusia, jika terpaan cobaan itu terlalu kuat manusia juga dapat melakukan kesalahan.

Akhir akhir ini ada berita di media masa yang sangat meruntuhkan citra sang guru adalah berita tentang pencabulan Oknum guru terhadap anak didiknya. Kalau pepatah mengatakan guru kencing bediri murid kencing berlari itu benar, berarti satu orang guru melakukan itu berapa orang murid yang lebih parah dari itu, hingga akhirnya menciptakan pola kenakalan remaja yang sangat tidak ingin kita harapkan.

Gejala-gejala ini telah menunjukan kebenarannya. Kita ambil saja kasus siswa remaja mesum yang dilakukan oleh para remaja belia seperti misalnya kasus-kasus di remaja mesum di taman sari Pangkalpinang ibukota provinsi Bangka Belitung, lokasi remaja pacaran di bukit dealova pangkalpinang, dan remaja Ayam kampus yang mulai marak di tambah lagi foto-foto syur remaja SMP jebus, ini menunjukkan bahwa pepatah itu menujukkan kebenarannya.

Kerja team yang terdiri dari orang tua (sebagai guru dirumah), Guru di sekolah, dan Lingkungan (sebagai Guru saat anak-anak, para remaja bermain dan belajar) harus di bentuk. diawali dengan komunikasi yang baik antara orang tua dan guru di sekolah, pertemuan yang intensif antara keduanya akan saling memberikan informasi yang sangat mendukung bagi pendidikan para remaja. Peran Lingkungan pun harus lebih peduli, dengan menganggap para remaja yang ada di lingkungannya adalah tanggung jawab bersama, tentunya lingkungan pun akan dapat memberikan informasi yang benar kepada orang tua tentang tindak tanduk si remaja tersebut dan kemudian dapat digunakan untuk mengevaluasi perkembangannya agar tidak terjebak dalam kenakalan remaja.

terlihat betapa peran orang tua sangat memegang peranan penting dalam membentuk pola perilaku para remaja, setelah semua informasi tentang pertumbuhan anaknya di dapat, orang tuapun harus pandai mengelola informasi itu dengan benar.

Terlepas dari baik buruknya seorang guru nampaknya filosofi seorang guru dapat dijadikan pegangan bagi kita semua terutama bagi para orang tua untuk menangkal kenakalan remaja, mari kita bersama-sama untuk menjadi guru bagi anak-anak dan para remaja kita para remaja belia, dengan selalu memberi contoh kebenaran dan memberi dorongan untuk berbuat kebenaran. Sang guru bagi para remaja adalah Orang tua, guru sekolah dan lingkungan tempat ia di besarkan. Seandainya sang guru dapat memberi teladan yang baik mudah-mudahan generasi remaja kita akan ada di jalan yang benar dan selamat dari budaya "kenakalan remaja" yang merusak kehidupan dan masa depan para remaja, semoga.

3. Kenakalan Remaja Atau Kenakalan Orang Tua

Akhir-akhir ini fenomena kenakalan remaja makin meluas. Bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Para pakar psikolog selalu mengupas masalah yang tak pernah habis-habisnya ini. Kenakalan Remaja, seperti sebuah lingkaran hitam yang tak pernah putus. Sambung menyambung dari waktu ke waktu, dari masa ke masa, dari tahun ke tahun dan bahkan dari hari ke hari semakin rumit. Masalah kenalan remaja merupakan masalah yang kompleks terjadi di berbagai kota di Indonesia. Sejalan dengan arus modernisasi dan teknologi yang semakin berkembang, maka arus hubungan antar kota-kota besar dan daerah semkain lancar, cepat dan mudah. Dunia teknologi yang semakin canggih, disamping memudahkan dalam mengetahui berbagai informasi di berbagai media, disisi lain juga membawa suatu dampak negatif yang cukup meluas diberbagai lapisan masyarakat.

Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri.

Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya. Pertanyaannya : tugas siapa itu semua ? Orang tua-kah ? Sedangkan orang tua sudah terlalu pusing memikirkan masalah pekerjaan dan beban hidup lainnya. Saudaranya-kah ? Mereka juga punya masalah sendiri, bahkan mungkin mereka juga memiliki masalah yang sama. Pemerintah-kah ? Atau siapa ? Tidak gampang untuk menjawabnya. Tetapi, memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi kenakalan remaja. Minimal tidak menambah jumlah kasus yang ada." (sumber Whandi.net/1 jan 1970).

Kenakalan remaja, merupakan salah si anak? atau orang tua? Karena ternyata banyak orang tua yang tidak dapat berperan sebagai orang tua yang seharusnya. Mereka hanya menyediakan materi dan sarana serta fasilitas bagi si anak tanpa memikirkan kebutuhan batinnya. Orang tua juga sering menuntut banyak hal tetapi lupa untuk memberikan contoh yang baik bagi si anak. Sebenarnya kita melupakan sesuatu ketika berbicara masalah kenakalan remaja, yaitu hukum kausalitas. Sebab, dari kenakalan seorang remaja selalu dikristalkan menuju faktor eksternal lingkungan yang jarang memerhatikan faktor terdekat dari lingkungan remaja tersebut dalam hal ini orangtua. Kita selalu menilai bahwa banyak kasus kenakalan remaja terjadi karena lingkungan pergaulan yang kurang baik, seperti pengaruh teman yang tidak benar, pengaruh media massa, sampai pada lemahnya iman seseorang.

Ketika kita berbicara mengenai iman, kita mempersoalkan nilai dan biasanya melupakan sesuatu, yaitu pengaruh orangtua. Didikan orangtua yang salah bisa saja menjadi faktor sosiopsikologis utama dari timbulnya kenakalan pada diri seorang remaja. Apalagi jika kasus negatif menyerang orangtua si remaja, seperti perselingkuhan, perceraian, dan pembagian harta gono-gini. Mungkin kita perlu mengambil istilah baru, kenakalan orangtua.

Orang tua, sering lupa bahwa prilakunya berakibat pada anak-anaknya. Karena kehidupan ini tidak lepas dari contek-menyontek prilaku yang pernah ada. Bisa juga karena ada pembiaran terhadap perilaku yang mengarah pada kesalahan, sehingga yang salah menjadi kebiasaan. Para orang tua jangan berharap anaknya menjadi baik, jika orang tuanya sendiri belum menjadi baik. Sebenarnya nurani generasai ingin menghimbau “Jangan ajari kami selingkuh, jangan ajari kami ngomong jorok, tidak jujur, malas belajar, malas beribadah, terlalu mencintai harta belebihan dan lupa kepada Sang Pencipta, yaitu Allah.�

Tulisan ini mencoba mengajak merenung bagi kita para orangtua, bahwa kenakalan tak selalu identik dengan remaja, tapi justru banyak kenakalan yang dilakukan oleh para orangtua (di rumah, di masyarakat, dan di pemerintahan) yang akhirnya juga menjadi inspirasi remaja untuk berbuat nakal. Menyedihkan memang! (sumber O. Solihin)

4. Kenakalan orangtua dalam ikatan keluarga

Contohnya seperti :

Suka berkata-kata kasar, suka menghujat atau memaki, mengajari anak untuk melakukan perlawanan ketika anak diganggu orang lain, suka menyakiti anak secara fisik dan psikis, merokok seenaknya di depan anak-anak, dl (masalah akhlak).

Mengabaikan pelaksanaan syariat, sholat misalnya, banyak juga kita orang tua yang mengabaikan sholat, melalaikan sholat, bahkan tidak pernah sholat, membiarkan anak-anak gadisnya tidak menutup aurat, membiarkan anak-anaknya bergaul bebas (pacaran), membiarkan anak-anaknya minum-minuman keras, dll.


5. Kenakalan orangtua di masyarakat

Contohnya seperti :

Menciptakan suasana yang tidak produktif (bapak-bapaknya), misalnya waktu pagi, siang dan malam suka nongkrong sambil main gaple, atau main catur, walau tidak pakai uang, ini sama saja artinya tidak menjaga kehormatan diri, apalagi kehormatan keluarganya (istri dan anak-anaknya)? Sedangkan yang ibu-ibunya suka ngumpul sambil berghibah atau memfitnah, menghambur-hamburkan uang dengan gaya hidup yang konsumtif yaitu belanja di mall atau supermarket, bergaya hidup mewah.
Menyediakan sarana kemaksiatan, ini misalnya, jadi bandar narkoba, jadi bandar judi, menyediakan tempat hiburan (diskotik).

Pendidik yang lalai, ini bisa kita lihat di sekolah atau di kampus, padahal lembaga pendidikan adalah tempat yang aman untuk menimba ilmu pengetahuan atau belajar, tapi kenyataannya banyak pendidik yang memberikan contoh yang tidak baik terhadap anak didiknya, misalnya melakukan perbuatan asusila, menganiaya anak didiknya secara fisik, menjual ilmu demi keuntungan materi atau sering melakukan dosa pendidikan.
Menjadi pemilik media massa (baik cetak maupun elektronik: koran, majalah, tabloid, radio, televisi, dan juga internet) yang ‘hobi’ menampilkan bacaan, gambar dan tontonan yang merusak akhlak (pornografi, kekerasan, dan seks bebas) yang berlindung atas nama bisnis.

Kenakalan orangtua di pemerintahan
Contohnya seperti :
Suka korupsi, mengambil kebijakan menaikkan biaya pendidikan, menaikkan harga BBM, mahalnya biaya kesehatan, suka membuat janji-janji tapi lalu melupakannya, suka melakukan pungli atau suap menyuap.
Suka melanggengkan kemaksiatan, memberi izin untuk usaha prostitusi/lokalisasi, perjudian, tempat diskotik, pabrik minuman keras, dengan dalih besar pemasukannya.
Menutup mata terhadap problem yang diakibatkan usaha prostitusi, perjudian, narkoba, peredaran minuman keras, diskotik, dll.
Menerapkan aturan kehidupan yang tidak benar dan tidak baik, yakni Kapitalisme-Sekularisme (termasuk juga Sosialisme-Komunisme).

Marilah kita uraikan satu persatu petuah atau nasihat-nasihat yang kita berikan sebagai orangtua kepada anak-anak kita padahal kita melakukan dan tidak melakukannya :

Kita melarang anak kita berbicara kasar, padahal kita sering berkata-kata kasar pada anak kita.

Kita melarang anak kita tawuran atau ringan tangan, padahal kita sering menganiaya mereka anak-anak kita secara fisik, kita suka berkelahi di depan anak-anak kita, suka adu jotos di forum terhormat gedung lembaga legislatif ketika bersidang karena merasa tidak sepaham, yang di saksikan anak-anak kita langsung lewat televisi.

Kita melarang anak kita berbohong atau jujur, padahal sudah berapa kebohongan yang kita ciptakan kepada anak-anak kita.

Kita melarang anak kita mengkonsumsi narkoba, padahal kita sendiri adalah pemakai dan bandar narkoba itu sendiri.

Kita melarang anak kita bergaul bebas atau pacaran, padahal kita sendiri juga melakukan hal yang sama bergaul bebas baik dilingkungan masyarakat, maupun lingkungan kantor yang terkenal dengan nama selingkuh.

Kita melarang anak-anak kita minum-minuman keras dan berjudi, padahal kita adalah bandar judi dan pemilik pabrik menuman keras serta peminum dan penjudi.

Kita melarang anak kita merokok, padahal dirikita sudah sering membakar uang, dengan merokok di depan mata mereka, dan kita juga menjual rokok dan pemilik pabrik rokok.

Kita marah ketika anak kita tidak sholat, atau beribadah, padahal kita suka melalaikan bahkan tidak menunaikan kewajiban sholat.

Kita menghimbau agar anak-anak kita jangan mengkonsumsi tayangan yang pornografi, padahal dirikita sering menonton tayangan, membaca, mengakses situs-situs porno tersebut, bahkan kitalah yang memiliki media cetak, penulis naskah, membeli media-media pornografi tersebut.

Kita melarang anak-anak kita untuk menonton televisi terus menerus, padahal kita pengkonsumsi paling utama siaran televisi sampai tidak tidur.

Kita sering menasehati anak-anak kita untuk tidak berghibah atau memfitnah oranglain, padahal dirikitalah yang suka berghibah dan memfitnah itu.

Kita marah ketika tahu anak-anak kita sering nongkrong dan keluar malam, padahal kita juga melakukan hal yang sama, terkadang waktu shubuh baru pulang ke rumah.

Kita menasehati anak kita agar rajin sekolah, tetapi kita juga malas bekerja, bahkan sering mangkir dari kantor.

Kita mengeluhkan mengapa anak kita malas membaca, padahal kita juga sangat jarang memiliki kebiasaan membaca.

Kita sering mengajari mereka anak-anak kita untuk tidak melawan kepada orangtuanya, padahal kita dulunya juga suka melawan orangtua kita.

Kita marah ketika tahu anak kita suka mencuri, padahal kita sering mencuri uang negara, atau sering mendapatkan rejeki yang tidak halal.


Dan banyak lagi kenakalan-kenakalan yang kita lakukan sebagai orangtua, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga kita tidak termasuk dan tidak pernah melakukan kenakalan seperti yang diuraikan diatas. Amin. Jadi apa yang salah dengan kenakalan anak atau remaja, tidakkah ia sangat berbanding lurus dengan kenalan kita sebagai orangtua? Wallahu’alam.
6. Guru dan Psikologi Penangkal Kenakalan Remaja

Peran seorang Guru dalam membentuk kepribadian para remaja sangat berkaitan erat, setidaknya dalam hidupnya sejak dari taman kanak-kanak hingga kuliah di Perguruan Tinggi, seorang anak, remaja, akan berhubungan langsung dengan para guru atau dosen selama belasan bahkan puluhan tahun lamanya. Jadi bagaimana mungkin peran seorang guru tidak menjadi sesuatu hal yang mendapatkan prioritas lebih dari masyarakat untuk dapat menangkal kenakalan remaja yang semakin hari semakin meresahkan kita. Untuk menahan lajunya angka kasus-kasus kenakalan remaja maka peran aktif para guru harus dioptimalkan. setidaknya dalam kehidupannya setiap hari, seperempat atau setengahnya (5 - 8 jam) waktu seorang remaja akan dihabiskannya bersama dengan para gurunya, baik di sekolah maupun di kampus, bahkan ada dan bahkan banyak keakraban antara para remaja dan gurunya berlanjut positif sampai ke luar lingkungan sekolah atau kampus. Seperti terjadi dalam tetralogi laskar pelangi, bagaimana perjuangan seorang guru, hubungan sosialnya dengan para muridnya telah membentuk para murid menjadi para remaja tangguh, berbudi, dan memiliki cita-cita tinggi, yang bahkan "kenakalan remaja" adalah sesuatu hal yang bahkan tidak pernah terlintas dalam benak mereka, "kenakalan remaja" yang indah, "kenakalan remaja" karena layaknya mobilitas seorang remaja, "Kenakalan Remaja" karena tingginya kreativitas seorang remaja, "kenakalan remaja" yang berdiri di atas jembatan yang benar dan lurus, "kenakalan remaja" yang terarah, "kenakalan remaja" yang tidak melampaui batas, "kenakalan remaja" yang bahkan telah menjadi inspirasi bagi ratusan juta remaja lainnya, "kenakalan remaja" yang bukan "kenakalan Remaja".

Cerita berikut ini menggambarkan pola hubungan yang positif antara seorang guru dengan muridnya, seorang remaja, yang terus berlanjut bahkan lama sampai keduanya jauh terpisah oleh jarak dan waktu. Bagaimana seorang guru mampu memberikan seberkas cahaya bagi sang remaja yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang tulus, dan akhirnya mampu menghindarkan sang remaja dari kenakalan remaja yang dapat saja mengancamnya sewaktu-waktu. Maka Guru sebagai penangkal kenakalan remaja adalah satu kalimat yang tepat untuk digaungkan, terlepas dari beberapa kasus (sedikit) oknum guru yang mencoreng citra seorang guru yang malah justru menjadi pelaku dan penyebab kenakalan remaja itu sendiri. Namun bagaimanapun juga citra seorang guru yang dapat dijadikan panutan untuk menangkal kenakalan remaja akan tetap bersinar, terang seperti terangnya mentari yang akan terus menyinari dunia hingga akhir nanti ...

Salam hormat dan sayang untuk seluruh guru di dunia yang dengan dedikasi dan semangat pengabdiannya bagi kecerdasan dunia, guru adalah mata tombak dari intelektualitas dunia...
7. Guru dan Psikologi Penangkal Kenakalan Remaja

Peran seorang Guru dalam membentuk kepribadian para remaja sangat berkaitan erat, setidaknya dalam hidupnya sejak dari taman kanak-kanak hingga kuliah di Perguruan Tinggi, seorang anak, remaja, akan berhubungan langsung dengan para guru atau dosen selama belasan bahkan puluhan tahun lamanya. Jadi bagaimana mungkin peran seorang guru tidak menjadi sesuatu hal yang mendapatkan prioritas lebih dari masyarakat untuk dapat menangkal kenakalan remaja yang semakin hari semakin meresahkan kita. Untuk menahan lajunya angka kasus-kasus kenakalan remaja maka peran aktif para guru harus dioptimalkan. setidaknya dalam kehidupannya setiap hari, seperempat atau setengahnya (5 - 8 jam) waktu seorang remaja akan dihabiskannya bersama dengan para gurunya, baik di sekolah maupun di kampus, bahkan ada dan bahkan banyak keakraban antara para remaja dan gurunya berlanjut positif sampai ke luar lingkungan sekolah atau kampus. Seperti terjadi dalam tetralogi laskar pelangi, bagaimana perjuangan seorang guru, hubungan sosialnya dengan para muridnya telah membentuk para murid menjadi para remaja tangguh, berbudi, dan memiliki cita-cita tinggi, yang bahkan "kenakalan remaja" adalah sesuatu hal yang bahkan tidak pernah terlintas dalam benak mereka, "kenakalan remaja" yang indah, "kenakalan remaja" karena layaknya mobilitas seorang remaja, "Kenakalan Remaja" karena tingginya kreativitas seorang remaja, "kenakalan remaja" yang berdiri di atas jembatan yang benar dan lurus, "kenakalan remaja" yang terarah, "kenakalan remaja" yang tidak melampaui batas, "kenakalan remaja" yang bahkan telah menjadi inspirasi bagi ratusan juta remaja lainnya, "kenakalan remaja" yang bukan "kenakalan Remaja".

Cerita berikut ini menggambarkan pola hubungan yang positif antara seorang guru dengan muridnya, seorang remaja, yang terus berlanjut bahkan lama sampai keduanya jauh terpisah oleh jarak dan waktu. Bagaimana seorang guru mampu memberikan seberkas cahaya bagi sang remaja yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang tulus, dan akhirnya mampu menghindarkan sang remaja dari kenakalan remaja yang dapat saja mengancamnya sewaktu-waktu. Maka Guru sebagai penangkal kenakalan remaja adalah satu kalimat yang tepat untuk digaungkan, terlepas dari beberapa kasus (sedikit) oknum guru yang mencoreng citra seorang guru yang malah justru menjadi pelaku dan penyebab kenakalan remaja itu sendiri. Namun bagaimanapun juga citra seorang guru yang dapat dijadikan panutan untuk menangkal kenakalan remaja akan tetap bersinar, terang seperti terangnya mentari yang akan terus menyinari dunia hingga akhir nanti ...
8. Menyimak Pergeseran Budaya dikalangan Remaja dan Prilaku Hedonisme dikalangan Remaja

Kalau Anda berkenan untuk sejenak berhenti dari kesibukan membuat tugas kuliah atau diskusi tentang mata kuliah, baik kalau kita menjadi lebih kritis untuk mengamati kecenderungan perilaku kaum muda remaja dewasa ini yang tentunya menarik untuk dipikirkan bersama.

Semakin pesatnya tren kapitalisme dan konglomerasi elite tertentu maka pertumbuhan kwantitatif tempat-tempat hiburan dan pusat-pusat perbelanjaan semakin berkembang bak jamur dimusim hujan. Fenomena tersebut secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi budaya dan pola hidup kaum muda remaja sekarang. Pergeseran budaya mulai menjangkiti kaum muda remaja tanpa kompromi dan eksodus besar-besaran tentang paradigma berpikir kaum muda remaja, dari budaya timur menuju budaya barat. Anda dapat melihat kaum muda remaja hedonis bersliweran dengan berbagai mode rambut dengan busana thank top atau junkies, dan alat-alat digital lainnya. Iklim masyarakat sekarang jauh berbeda dengan masyarakat tempo dulu. Namun, bila gejala ini kita telaah lebih lanjut bahwa kaum muda remaja telah jatuh kedalam euforia budaya pop. Selanjutnya kaum muda remaja yang seharusnya menjadi homo significans malahan jatuh kedalam pendangkalan nilai hidup.

Tulisan ini hanya mengajak para pembaca untuk merenungi dampak globalisasi tanpa harus terjerat ke dalam arus pendangkalan hidup post-modernisasi dan bagaimana hal tersebut tidak menggerogoti nilai-nilai positif yang menjadi warisan budaya kita.


9. Euforia Budaya Pop Remaja : Buah Globalisasi

Manusia harus berubah. Itulah hal yang mendasar yang perlu dipikirkan secara bersama. Memang benar bahwasannya manusia dengan segala budaya dan akal budinya harus dikembangkan seoptimal mungkin, karena akan semakin mengkokohkan kedudukannya dimuka bumi sebagai God Creature yang sempurna dibandingkan dengan ciptaan lainnya.

Kali ini, manusia beralih menuju rentang waktu yang kontradiksional dengan fase-fase sebelumnya, yaitu fase globalisasi. Di satu sisi manusia memang dituntut untuk berkembang menuju kearah yang lebih modern, baik aspek teknologi, hukum, sosial/kesejahteraan sosial, politik, demokrasi, dan semua sistem lainnya harus disempurnakan. Teknologi bidang informatika, kedokteran, bioteknologi, dan transportasi mengalami perkembangan yang begitu dahsyat mengatasi batas-batas ruang dan waktu.
Namun, tidak boleh dilupakan bahwa hasil perkembangan manusia bersifat relatif dan ambivalen. Pengaruh negatif dari globalisasi adalah euforia budaya pop, perdagangan bebas, marginalisasi kaum lemah, dan timbulnya gap relation antaara si kaya dan si miskin. Hasil tersebut telah membentuk suatu budaya baru bagi masyarakat, khususnya kaum muda remaja menjadi manusia yang terjebak dalam arus budaya pop.


10. Penghayatan Hidup dikalanagan Remaja yang Semakin Mendangkal

Ilustrasi di awal tulisan ini hanyalah sekelumit deskrispsi yang membuktikan eksistensi kecenderungan dalam diri manusia modern. Masih banyak contoh-contoh lain sebagai hasil dari globalisasi. kaum muda remaja dewasa ini lebih suka membaca komik atau main game daripada harus membaca buku-buku bermutu. Bacaan dengan analisis mendalam dan novel-novel bermutu hanya menjadi bagian kecil dari skala prioritas mereka, bahan-bahan bacaan seperti itu hanya tersentuh jika terpaksa atau karena tuntutan akademis.

Anda dapat mengelak bahwa gejala-gejala ini merupakan bentuk adaptif dari kemajuan zaman. Tapi, itu adalah rasionalisasi. Sebenarnya, kecenderungan manusia sekarang bukan hanya sekedar masalah mengikuti perkembangan zaman melainkan hal ini adalah masalah gengsi dan penghayatan hidup.

Bukti yang paling mengena adalah televisi, berbagai acara televisi semakin hari semakin jauh dari idealisme jurnalistik, bahkan semakin melegalkan budaya kekerasan, instanisasi, dan bentuk-bentuk kriminalitas. Sebagian tayangan-tayangan tersebut hanya semakin mendangkalkan sifat afektif manusia. Tayangan mengenai bencana alam, kemiskinan, perang, kelaparan, penemuan teknologi, pembelajaran budaya, dan lain sebagainya telah membuat sisi afeksi manusia tidak peka terhadap hal tersebut. Tidak ada proses batin dan intelektual lebih lanjut. Penghayatan nilai-nilai luhur semakin tereduksi.

Eksistensi kaum muda remaja hanya ditempatkan pada pengakuan-pengakuan sementara, misalnya seorang remaja dianggap eksistensinya ada jika remaja tersebut masuk menjadi anggota geng motor, menggunakan baju-baju bermerk, menggunakan blueberry, dugem, clubbing, melakukan freesex, ngedrugs, dan lain sebagainya. Eksistensi kaum muda remaja hanya dihargai sebatas kepemilikan dan status semata. Jika pendangkalan ini terus dipelihara dan dibudidayakan dikalangan remaja kita, makna dan penghargaan terhadap insan manusia semakin jauh. Hasilnya adalah menghilangnya penghargaan terhadap manusia lainnya, misalnya: perang, pemerkosaan, komersialisasi organ tubuh, trafficking, tawuran, dll. Contoh-contoh ini menjadi indikasi kehancuran sebuah kebudayaan yang dimulai dari pergeseran nilai-nilai budaya di kalangan kaum muda remaja kita. Dampak yang sangat menyedihkan dan mengkhawatirkan!


Solusi : Internalisasi

Seperti diungkapkan sebelumnya bahwa manusia sebagai homo significans, pada hakikatnya menjadikan manusia sebagai manusia pemberi makna. Jurus paling ampuh untuk mengatasi pendangkalan hidup post-modernisasi adalah pengendapan atau internalisasi. Internalisasi merupakan proses memaknai kembali makna-makna hidup. Makna hidup yang tadinya dihargai secara dangkal, kali ini digali dan diselami.

Ada dua metode internalisasi yang ditawarkan, yaitu budaya refleksi dan keheningan. Keduanya saling komplementer dan tidak dapat dipisahkan jika hendak melawan arus budaya pop. Refleksi membutuhkan suasana hening. Keheningan jiwa dapat tercapai saat berefleksi. Secara etimologis, refleksi berasal dari verbum compositum bahasa Latin re-flectere, artinya antara lain, memutar balik, memalingkan, mengembalikan, memantulkan, dan memikirkan. Kiranya, dua arti terakhir yang cocok untuk mendefinisikan refleksi dalam kerangka permenungan ini. Refleksi adalah usaha untuk melihat kembali sesuatu secara mendalam dengan menggunakan pikiran dan afeksi hingga dapat menemukan nilai yang mulia yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bekal hidup. Euforia budaya pop di masa globalisasi menawarkan begitu banyak hal yang hanya berakhir menjadi kesan-kesan tanpa satupun yang dapat dialami. Dengan budaya refleksi, kesan-kesan tersebut dapat diendapkan. Secara satu persatu pengalaman negatif maupun positif dapat dianalisis, dipertimbangkan, disimpulkan, dan akhirnya diendapkan dalam nurani. Proses inilah yang membuat kaum muda remaja dapat menyadari baik dan buruknya suatu sikap. Dalam proses ini juga kaum muda remaja diajak untuk menindaklanjuti berbagai pengalaman yang didapat, sehingga muncul nilai-nilai dari setiap kejadian yang dialami, dan tentunya nilai tersebut dapat menjadi bekal hidup selanjutnya.

Peran refleksi dalam kerangka ini juga sebagai nabi, untuk mengingatkan segala larangan ataupun perintah Tuhan yang diajarkan. Refleksi berperan menjadi fungsi kritis dalam diri kaum muda remaja. Saat ia mengalami pendangkalan nilai-nilai hidup dalam bentuk pragmatisme, konformitas buta dan sebagainya. Refleksi menunjukkan kesalahannya, dan mengarahkan kepada yang benar.

Oleh karena itu kita sebagai kaum muda remaja harus mampu merubah diri kita menjadi manusia yang bermakna bagi orang lain melalui sikap dan perilaku sehari-hari. Usaha ini hanya bisa tercapai melalui usaha pribadi bukan orang lain, ada pepatah mengatakan jangan mengubah orang lain sebelum bisa mengubah diri sendiri. Selamat berefleksi wahai para remaja ... !

11. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pendampingan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Propinsi Riau

Oleh M Badri

Pendahuluan

Propinsi Riau secara geografis, geoekonomi dan geopolitik terletak pada jalur yang sangat strategis baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang, karena terletak pada jalur perdagangan Regional dan Internasional di kawasan ASEAN. Sebelum dimekarkan, propinsi ini mempunyai luas daratan 94.561,61 km2 (28,67 %) dan selebihnya 235.306 km2 (71,33 %) merupakan daerah lautan. Setelah terjadi pemekaranan wilayah, terhitung sejak tanggal 1 Juli 2004 lalu Propinsi Riau yang dulunya terdiri dari 16 kabupaten/kota sekarang hanya tinggal 11 kabupaten/kota.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan penduduk Riau relatif tinggi yaitu 3,79 % per tahun selama periode 1998-2002, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan penduduk nasional sebesar 1,4 % per tahun pada periode yang sama. Penyebab tingginya pertumbuhan penduduk Riau disebabkan oleh tingginya migrasi dari daerah lain sebagai akibat perputaran roda perekonomian dan peluang lapangan kerja di Propinsi Riau. Berdasarkan data sensus tahun 2000 saja, jumlah penduduk yang bermigrasi ke Propinsi Riau mencapai 206.514 jiwa.

Kemudian dari hasil pendataan penduduk/keluarga miskin oleh BPS tahun 2004, diketahui bahwa persentase rumah tangga dan penduduk miskin di 11 kabupaten/kota masing-masing adalah 23,69 % dan 22,19 %. Dari jumlah tersebut, persentase yang relatif tinggi terdapat di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Indragiri Hilir (31,95 %), Kabupaten Indragiri Hulu (31,44 %), dan Kabupaten Kuantan Singingi (27,45%). Sedangkan paling rendah di Kota Pekanbaru yang mencapai 10,91 % (lihat lampiran). Kegiatan pendataan ini dilaksanakan atas keinginan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, kebodohan, serta ketertinggalan infrastruktur yang terjadi di Propinsi Riau.

Jumlah penduduk miskin tersebut pasti akan bertambah. Karena pada awal Oktober 2005 lalu, pemerintah menaikkan harga BBM (bahan bakar minyak) hampir 100 %. Kebijakan ini menyebabkan melambungnya harga barang dan jasa, yang berimplikasi pada penurunan daya beli masyarakat. Meskipun belum ada data pasti dari BPS yang menunjukkan jumlah penduduk miskin kembali meningkat, dari menurunnya daya beli masyarakat dan meningkatnya jumlah kepala keluarga miskin yang harus menerima bantuan hampir dua kali lipat, dapat dipastikan jumlah penduduk miskin bertambah.

Melihat data statistik di atas, sangat timpang bila dibandingkan dengan kekayaan sumberdaya alam yang ada. Sebab sudah bukan rahasia umum, Propinsi Riau terkenal dengan minyak bumi dan perkebunan kelapa sawitnya. Namun ternyata sumberdaya alam yang tersedia tersebut belum bisa menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Hal ini disebabkan karena kebijakan pembangunan hanya terfokus kepada pertumbuhan dibandingkan pemerataan. Karena seperti disebutkan Nurske dalam Syafwannur (2004), ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan struktural. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumberdaya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Sedangkan kemiskinan struktural terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengangkat topik masalah kemiskinan di Propinsi Riau ini melalui pendekatan komunikasi pembangunan. Melihat program penanggulangan kemiskinan yang selama ini dilakukan Pemerintah Propinsi Riau belum merata ke seluruh lapisan masyarakat, penulis mencoba menganalisis apa saja permasalahan yang terjadi. Kemudian penulis juga mencoba merumuskan bagaimana strategi penanggulangan kemiskinan agar efektif, efisien dan sampai ke masyarakat.

Penulisan paper ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kemiskinan dan permasalahan penanggulangan kemiskinan di Propinsi Riau agar diperoleh strategi yang efektif dan efisien. Selain itu juga untuk memahami permasalahan-permasalahan kemiskinan yang menjadi realitas di tengah masyarakat Riau.

12.Strategi Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pendampingan Lembaga Swadaya Masyarakat

Penanggulangan kemiskinan memerlukan strategi besar yang bersifat holistik dengan program yang saling mendukung satu dengan lainnya sehingga upaya pemahaman terhadap penyebab kemiskinan perlu dilakukan dengan baik. Adapun yang menjadi elemen utama dalam strategi besar tersebut adalah pendekatan people driven dimana rakyat akan menjadi aktor penting dalam setiap formulasi kebijakan dan pengambilan keputusan politis. Untuk mensukseskan hal itu diperlukan pelaksanaan perubahan paradigma yang meredefinisi peran pemerintah yang akan lebih memberi otonomi pada rakyat, adanya transformasi kelembagaan dari yang bersifat represif menjadi representatif, dan transparansi penyelenggaraan pemerintahan (Dillon, 2001).

Meskipun partisipasi masyarakat merupakan komponen penting dalam pengentasan kemiskinan. Namun, partisipasi masyarakat saja ternyata tidak cukup karena pengentasan kemiskinan bukan hanya tanggung jawab masyarakat, tapi juga tanggung jawab semua pihak, baik itu pemerintah, swasta, maupun pihak-pihak yang peduli terhadap pengentasan kemiskinan. Untuk itu, pengentasan kemiskinan butuh dukungan semua pihak. Selain itu, perlu adanya kesepakatan tentang tingkatan partisipasi masyarakat dalam program-program pengentasan kemiskinan. Hal ini untuk menghindari kembalinya masyarakat sebagai objek pembangunan. Sekaligus juga untuk memperkuat peran masyarakat dalam suatu program. Begitu pula dengan kelembagaan dalam bentuk wadah-wadah informal, seperti forum warga sangat dibutuhkan dalam melaksanakan pendekatan partisipatif. Upaya itu untuk memfasilitasi masyarakat miskin agar menyuarakan aspirasinya tanpa ada rasa takut. Kemudian, pentingnya sosialisasi dalam artian bukan hanya menyampaikan informasi, tapi memberikan pemahaman dan penyadaran kepada masyarakat sampai akhirnya mengerti dan mau terlibat. Bukan karena keterpaksaan tapi karena kemauan sendiri.

Untuk mewujudkan partisipasi masyarakat tersebut diperlukan tenaga pendamping lapangan. Tenaga pendamping lapangan ini biasanya dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) sebagai motivator dan fasilitator dalam pelaksanaan suatu program. Suparlan dalam Latief (1999) melihat banyak keuntungan dalam kerjasama antara LSM dengan pemerintah, yaitu antara lain (1) Pemerintah dapat menghemat pembiayaan untuk menangani masalah-masalah lokal yang bersifat mikro, (2) program-program pembangunan pemerintah yang selalu bersifat top-down, sehingga LSM dapat berfungsi sebagai perantara (mediator) untuk menyampaikan aspirasi-aspirasi dari ‘bawah’ dengan permasalahan mikro yang ada di tengah masyarakat. Dengan demikian selain masyarakat diuntungkan dengan penyampaian aspirasi dari bawah tersebut, juga berbagai dampak negatif dapat diidentifikasi oleh LSM dan ditanggulangi secara swadaya oleh masyarakat melalui kegiatan-kegiatan LSM.

Lalu bagaimana strategi penanggulangan tersebut diterapkan? Menurut Effendi (2004) strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Demikian pula dengan strategi komunikasi yang merupakan paduan perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.

Berdasarkan pendapat Effendi dan mengacu pada pemikiran Sarwono dalam Latief (1999), setidaknya penulis merumuskan tiga tahap yang perlu dilakukan oleh LSM dalam pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Propinsi Riau.

1. Tahap Pengenalan Masyarakat
Pada tahap ini, LSM harus datang ke tengah-tengah masyarakat miskin yang ada di Propinsi Riau. Pengenalan ini dilakukan dengan hati terbuka dan kemauan untuk mengenal masyarakat sebagaimana adanya, tanpa disertai prasangka dan sikap-sikap yang apriori lainnya. Hal ini dapat dilakukan baik melalui jalur formal (pemerintah) maupun informal seperti wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat setempat, seperti tokoh agama, tokoh adat, dan pemuka masyarakat.

2. Tahap Pengenalan Masalah
Pada tahap ini staf LSM dituntut untuk mempunyai suatu kemampuan yang memadai agar dapat mengenal masalah-masalah penyebab kemiskinan di tengah masyarakat serta mencari tahu kebutuhan-kebutuhan masyarakat untuk penanggulangan kemiskinan. Hal ini dapat dilakukan dengan terlibat langsung dalam kehidupan mereka sehari-hari, sehingga dapat menggali masalah-masalah yang memang ada di dalam masyarakat. Hal ini tentunya membutuhkan kesabaran yang tinggi dan waktu yang cukup lama, karena pada dasarnya sifat program penanggulangan kemiskinan merupakan program jangka panjang. Selanjutnya LSM bersama-sama dengan masyarakat yang didampinginya dapat menyusun skala prioritas (berdasarkan beratnya, cara mengatasinya, pentingnya dan jumlah masyarakat yang merasakan masalah tersebut) untuk menanggulanginya.

3. Tahap Penyadaran Masyarakat
Tujuan tahap ini adalah menyadarkan masyarakat akan keadaan dan kebutuhan-kebutuhan mereka, perlunya mereka ikut serta dalam memenuhi kebutuhan tersebut serta kesadaran akan potensi mereka untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan persiapan sosial yang baik diharapkan masyarakat mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan secara aktif. Partisipasi ini dapat terjadi bila ada rasa saling mempercayai antara staf LSM dengan masyarakat, ada ajakan atau kesempatan untuk ikut serta sejak awal perencanaan kegiatan, ada manfaat yang dirasakan dan ada contoh dari pimpinan atau tokoh masyarakat.

Tentunya agar komunikasi tersebut berjalan efektif perlu diperhatikan adanya pemimpin pendapat (opinion leader). Karena keberadaan opinion leader ini penting sekali terutama dalam pengambilan keputusan dari sekian banyak ide yang melibatkan banyak individu. Berkaitan dengan itu Arifin (1994) membagi opinion leader menjadi dua: (1) Formal leader (pemimpin resmi), yaitu orang yang mempunyai fungsi dalam masyarakat karena diangkat secara resmi seperti para pejabat pamongpraja, kepala desa, camat, bupati, guru, dosen, dan sebagainya. (2) Informal leader (pemimpin tidak resmi), yaitu orang-orang yang terkemuka dalam masyarakat dan tidak diangkat secara resmi, tetapi cukup berpengaruh terhadap masyarakat di sekitarnya.

Penutup

Dari analisis permasalahan dan pembahasan di atas penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Propinsi Riau terkenal dengan minyak bumi dan perkebunan kelapa sawitnya. Namun ternyata sumberdaya alam yang tersedia tersebut belum bisa menjamin kesejahteraan masyarakatnya, sehingga masih terdapat banyak masyarakat miskin.

2. Penangulangan kemiskinan yang dilakukan Pemerintah Propinsi Riau adalah melalui program K2I (Kemiskinan, Kebodohan dan Inftrastruktur), yaitu peningkatan sumberdaya manusia melalui pendidikan, pengurangan masyarakat miskin dan perbaikan infrastruktur.

3. Yang menjadi permasalahan dalam penanggulangan kemiskinan di Propinsi Riau, berbagai program tersebut belum merata sampai ke seluruh lapisan masyarakat. Hal itu disebabkan karena kurangnya koordinasi, sosialisasi dan distribusi.

4. Penanggulangan kemiskinan memerlukan strategi besar yang bersifat holistik dengan program yang saling mendukung satu dengan lainnya sehingga upaya pemahaman terhadap penyebab kemiskinan perlu dilakukan dengan baik. Untuk mewujudkan partisipasi masyarakat tersebut diperlukan tenaga pendamping lapangan. Tenaga pendamping lapangan ini biasanya dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) sebagai motivator dan fasilitator dalam pelaksanaan suatu program.

Melihat kesimpulan tersebut penulis menyarankan agar Pemerintah Propinsi Riau memperbaiki kinerjanya dalam penanggulangan kemiskinan, dengan melibatkan partisipasi donor, lembaga pendamping, dan masyarakat sasaran. Sehingga untuk ke depan program-program tersebut manfaatnya secara nyata dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat di semua kabupaten/kota.

Daftar Pustaka

Arifin, Anwar. 1994. Strategi Komunikasi. Sebuah Pengantar Ringkas. Cetakan Ketiga. Penerbit Armico, Bandung.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2004. Pendataan Penduduk/Keluarga Miskin Provinsi Riau 2004. http://riau.bps.go.id/contents/kerjaan/miskin2004.html

Dillon, HS. 2001. Paradigma Ekonomi yang Pro Kaum Miskin dan Pro Keadilan: Belajar dari Kesalahan Masa Lalu. http://www.infid.be/infidforum2001

Effendy, Onong Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Cetakan 14. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Hermanto et al Ed.. 1995. Prosiding Pengembangan Hasil Penelitian. Kemiskinan di Pedesaan: Masalah dan Alternatif Penanggulangannya. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Balitbang Pertanian.

Latief, Andi Gunawan. 1999. Peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Wilayah Pesisir dan Lautan yang Berbasis Masyarakat di Pulau Barrang Caddi Kota Makassar. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Riauterkini. Senin, 16 Januari 2006. Program BKS dan BPPM Riau tak Dukung Program K2i. http://www.riauterkini.com

Riau Online. Minggu, 25 Desember 2005. Pemrov Tetap Fokus Pada K2I. http://www.riau.go.id

Syafwannur, Edi. 2004. Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Kecamatan Tempuling Kabupaten Indragiri Hilir. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Written at 2:43 AM by badri.

13. Caci Maki di Blog Nurdin M.Top
Diterbitkan 30 Juli 2009 sosial budaya dan filsafat 62 Comments
Tags: artikel, berita, bom, hotel J.W. Marriot, Marriott, Nurdin M. Top, pendidikan, teroris, umum

Setelah mendengar berita sore di tvOne tentang adanya Blog yang dikelola oleh Sang Teroris No 1 di Indonesia, Nurdin M. Top, saya langsung mengaktifkan internet yang tersedia di komputer saya dan dengan sedikit bantuan Mbah Google, akhirnya saya dapat menemukan alamat blog dimaksud. Setibanya di Blog tersebut saya hanya menemukan satu postingan yang berisi pernyataan resmi dari seseorang yang mengaku sebagai Amir Tandzim Al Qo’idah Indonesia, Abu Mu’awwidz Nur Din bin Muhammad Top.
Inti dari isi pernyataan tersebut bahwa kelompok inilah yang bertanggung jawab atas peristiwa pemboman yang terjadi di Hotel J.W. Marriott dan Ritz Carlton Jakarta pada tanggal 17 Juli 2009 yang lalu. Isi pernyataan tersebut tentunya sangat menghebohkan dan menjadi kontroversi. Di satu pihak, ada sebagian yang merasa tidak yakin bahwa pernyataan tersebut benar-benar berasal dari Nurdin M. Top, tetapi di pihak lain juga ada yang mempercayainya bahwa pernyataan itu benar-benar keluar langsung dari Nurdin M. Top atau melalui bantuan jaringan kaki tangannya.
Terlepas dari kontroversi keberadaan blog tersebut, saya lebih tertarik dengan komentar yang disampaikan para pengunjung blog tersebut. Meski dalam blog tersebut hanya didapati satu postingan, tetapi komentar dari pengunjung jumlahnya mencapai angka di atas seribu. Ketika saya berkunjung kesana (Kamis, 30 Juli 2009, pukul 19.51), total komentar tercatat sebanyak 1531, ke depannya dipastikan akan terus bertambah dan mungkin ini akan memecahkan rekor komentar dalam sebuah postingan blog.
Karena terlalu banyaknya komentar, saya tidak sempat membaca seluruh isi komentar yang ada. Namun hampir dipastikan bahwa sebagian besar isi komentar adalah caci maki dan sumpah serapah yang ditujukan kepada Nurdin M. Top, dkk. Mereka menumpahkan rasa marah, kecewa, kesal, muak atas segala ulah Nurdin M. Top, dkk selama ini, melalui aksi tebar bomnya. Terus terang saya pun agak sedikit terpancing emosi, dan turut berkomentar untuk mengingatkan dia agar menghentikan ulahnya.
Jika Anda ingin berkomentar untuk mengingatkan dia dan kawan-kawannya, silahkan kunjungi blog yang bersangkutan atau silahkan sampaikan saja dalam ruang komentar yang telah disediakan di tempat ini.
Berbeda pendapat tidak masalah, tetapi sampaikanlah komentar Anda secara Bijak dan Terdidik sehingga dapat memberikan pencerahan kepada kita semua. Akan lebih bijak lagi, jika disertai pula dengan identitas yang jelas.

14. Inilah Muslim dan Muslimah yang Pernah Menjelajah Ruang Angkasa
Diterbitkan 24 Juli 2009 sosial budaya dan filsafat 14 Comments
Tags: artikel, berita, islam, opini, pendidikan, umum

Pada tanggal 22 Juli 2009 yang lalu jutaan penduduk di belahan benua Asia, -khususnya yang berada di wilayah belahan India, Nepal, Myanmar, Bangladesh, Bhutan, dan China- telah menyaksikan fenomena alam yang sangat langka yaitu gerhana matahari total-. Peristiwa yang terjadi di luar angkasa ini telah menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan awam maupun ilmuwan. Siapa pun yang sempat menyaksikan peristiwa ini, dalam hati kecilnya mungkin terselip rasa kagum dan takjub atas peristiwa alam yang mungkin hanya bisa dinikmati sekali dalam sepanjang hidupnya ini. Bagaimana jika melihat bumi dan sekelilingnya dari luar angkasa? Inilah saudara-saudara kita, muslim dan muslimah, yang telah beruntung dapat menyaksikan bumi dari luar angkasa, yang tentunya menjadi pengalaman sangat berharga dan takkan terlupakan bagi mereka.
Muslim pertama yang melakukan perjalanan ke ruang angkasa adalah Pangeran Sultan bin Salman AbdulAziz Al-Saud dari Arab Saudi. Pada tahun 1985, Al-Saud ikut bersama kru yang menjalankan misi ruang angkasa STS-S1G dengan menggunakan pesawat Discovery milik AS, untuk mengorbitkan satelit komunikasi ARABSAT 1-B. Dalam misi ini, Al-Saud bukan hanya menjadi Muslim pertama yang pergi ke ruang angkasa tapi juga menjadi anggota kerajaan Saudi pertama yang berhasil menjelajah ruang angkasa. Setelah menyelesaikan misinya, Al-Saud kemudian mendirikan organisasi non-profit Asosiasi Penjelajah Ruang Angkasa, sebagai wadah berkumpulnya para astronot dan kosmonot dari seluruh dunia. Al-Saud sendiri yang menjadi direktur asosiasi itu selama beberapa tahun.
Dua tahun setelah keberangkatan Al-Saudi, tepatnya pada bulan Juli 1987, Muslim asal Suriah bernama Mohammed Faris ikut dalam misi Soyuz TM-3 ke stasiun ruang angkasa Rusia, Mir. Mohammed Faris, anggota Angkatan Udara Suriah berpangkat kolonel itu, menjalankan misi penelitian ke Mir.
Lima bulan kemudian, Musa Manarov, seorang Muslim keturunan Azerbaijan yang berpangkat kolonel di Angkatan Udara Uni Sovyet juga berangkat ke luar angkasa dalam misi Soyuz TM-4 ke stasiun ruang angkasa Mir. Manarov bersama tim Soyuz TM-4, menjadi Muslim pertama yang tinggal di ruang angkasa selama satu tahun penuh. Ia kembali ke bumi pada Desember 1988. Musa Manarov kembali melakukan penjelajahan ke luar angkasa pada Desember 1990 dalam misi Soyuz TM-11. Kali ini ia tinggal selama satu tahun tiga bulan di ruang angkasa dan melakukan lebih dari 20 jam perjalanan, menjelajah ruang angkasa.
Muslim lainnya yang juga pernah menjalankan misi ke luar angkasa adalah Abdul Ahad Mohmand asal Afghanistan. Pilot Angkatan Udara Afghanistan itu ikut dalam misi Soyuz TM-6 pada bulan Agustus 1988 sebagai kosmonot yang melakukan riset selama delapan hari di Mir. Dalam misi ini, Mohmand bahkan menjadi pahlawan penyelamat bagi kru lainnya, ketika kapsul yang akan membawanya kembali ke bumi mengalami kendala saat akan memasuki atmosfir bumi.
Kurang dari 10 tahun setelah misi Mohamd, Muslim-muslim lainnya menyusul, mengikuti berbagai misi ke ruang angkasa. Antara lain Tokhtar Aubakirov dari Kazakhstan yang ikut dalam misi Soyuz TM-13 ke Mir tahun 1991. Kemudian tahun 1994, misi Soyuz TM-19 mengikutsertakan Talgat Musabayev, seorang Muslim yang juga asal Kazakhstan.
Jika perjalanan ruang angkasa selama bertahun-tahun didominasi oleh kaum lelaki Muslim, pada bulan September 2006, muslimah AS keturunan Iran, Anousheh Ansari berhasil mendobrak rekor menjadi muslimah pertama sekaligus turis pertama dalam program perjalanan ke ruang angkasa. Ansara melakukan “wisata ruang angkasa”nya dengan menggunakan Soyuz TM-9 yang menjadi bagian dari misi Expedition 14.
Pada bulan Oktober tahun 2007, seorang ahli bedah ortopedi dari Universiti Kebangsaan Malaysia bernama Muszaphar Shukor berhasil menembus atmosfir bumi bersama para astronot Rusia dalam peluncuran stasiun ruang angkasa Soyuz TMA-11. Shukor sukses menjalankan misi ruang angkasanya selama 11 hari dan kembali ke bumi pada 21

Untuk kesekian kalinya Indonesia berduka dan terluka lagi akibat ulah dari tangan-tangan orang yang tak bertanggung jawab. Jum’at pagi ini (17-07-2009) masyarakat Jakarta khususnya dan umumnya masyarakat Indonesia dikejutkan lagi dengan peristiwa peledakan bom yang terjadi di hotel Ritz Carlton dan JW Marriott Jakarta. Bom yang meledak di kedua hotel tersebut berlangsung dalam waktu yang bersamaan sekitar pukul 7.40 WIB ini. Hingga saat ini tercatat jumlah korban jiwa sebanyak 9 orang dan korban luka-luka sebanyak sekitar 42 orang. Korban yang meninggal di lokasi ledakan ada delapan orang, yakni di Hotel JW Marriott sebanyak enam orang dan Hotel Ritz Carlton dua orang dan satu orang meninggal di Rumah Sakit Medistra. Sementara korban luka berat dan ringan dilarikan ke Rumah Sakit terdekat, diantaranya: Rumah Sakit Pertamina Pusat, Rumah Sakit Jakarta, Rumah Sakit Medistra dan Rumah Sakit MMC Kuningan yang paling banyak menampung para korban.
Siapakah pelaku dan otak dari peristiwa ini? Tampaknya akan menjadi kerja keras dari pihak kepolisian dan pihak terkait lainnya untuk mengungkapkannya. Meski demikian, ada sebagian masyarakat yang berspekulasi bahwa pelaku dan otak dibalik peristiwa memilukan ini tertuju kepada kelompok lama di sekitar Noordin M. Top, sebagaimana disampaikan oleh Sidney Jones Direktur International Crisis Group (ICG). Sidney Jones menduga pelaku pemboman di Hotel JW Manrriott dan Ritz Carlton adalah anggota kelompok Noordin M. Top. “Kalau benar polisi mengatakan kemungkinan bom bunuh diri, ini menuju ke kelompok lama di sekitar Noordin M. Top. Tapi itu baru spekulasi,” kata Sidney Jones, lewat sambungan telepon, kepada tempointeraktif. Menurut dia, aksi kelompok Noordin dapat dilihat dengan melihat pola yang digunakan saat pemboman. “Polanya dengan bom bunuh diri dengan target hotel”.
Sementara itu, seorang pejabat Istana Presiden yang tidak disebutkan namanya usai menengok lokasi kejadian Jumat siang mengatakan pihak Kepolisian telah mengantongi dugaan pelaku tersebut. “Dari kamera CCTV diduga pelaku adalah tamu hotel yang menginap dan meletakkan bom di kedua hotel itu dan pergi meninggalkan lokasi. Polisi sudah mengantongi data dugaan pelaku,” kata sumber itu (KapanLagi.com)
Yang paling menarik justru apa yang disampaikan Presiden SBY pada saat konferensi pers yang disiarkan melalui tvOne dalam acara breaking news. Dalam konferensi pers tersebut, SBY menyampaikan bahwa peristiwa Bom Ritz Carlton-Marriott ini tidak menutup kemungkinan memiliki keterkaitan dengan hasil Pilpres 2009. Sambil memperlihatkan gambar-gambar temuan intelijen, SBY menduga ada segelintir orang yang menghendaki dirinya tidak jadi dilantik sebagai Presiden dan menghendaki Indonesia menjadi chaos seperti pasca pemilu di Iran.
Sumber:
tempointeraktif. com
KapanLagi.com
Breaking News tvOne tanggal 17-07-2009

15. Hasil Quick Count Pilpres 2009: SBY-Boediono, Presiden dan Wakil Presiden RI Periode 2009-2014 [Sebuah Ungkapan Pribadi]
Diterbitkan 8 Juli 2009 sosial budaya dan filsafat 32 Comments
Tags: artikel, berita, JK-Wiranto, KPU, Mega-Prabowo, opini, pemilu 2009, pendidikan, pilpres 2009, Presiden RI, quick count, SBY-Boediono

Hari ini (Rabu, 08-07-2009) sesaat setelah selesai kegiatan pencontrengan beberapa media online dan televisi menayangkan hasil quick count Pilpres 2009 yang dilakukan oleh beberapa lembaga survey, –sebut saja diantaranya: Cirrus yang dipublikasikan melalui liputan6 (SCTV), Lembaga Survei Indonesia (Trans7), Lingkaran Survei Indonesia (tvOne), dan LP3ES (RCTI),-
Hasil survei dari keempat lembaga survei tersebut menunjukkan bahwa pasangan SBY-Boediono dapat mengungguli pasangan Capres dan Cawapres lainnya, dengan angka melampaui lebih dari 50%. Artinya, menurut hasil quick count ini, pasangan SBY-Boediono hampir dipastikan akan menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode 2009-2014 dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2009 berlangsung cukup hanya satu putaran saja.
Dengan tidak bermaksud mendahului keputusan resmi dari KPU, sebagai orang yang sedikit memahami tentang metode riset, saya harus berani mengakui hasil quick count tersebut sebagai sebuah fakta. Oleh karena itulah, dengan segenap rasa bangga dan ketulusan yang ada, saya sampaikan:
15. Catatan Atas Visi Pendidikan Capres dan Wapres: “Judul Tanpa Isi”
Diterbitkan 3 Juli 2009 sosial budaya dan filsafat 6 Comments
Tags: artikel, berita, opini, pendidikan

Kampanye capres/ cawapres hampir selesai. Mereka telah menabur janji-janji. Bagaimana visi pendidikan para pasangan capres/ cawapres ini? Berikut press release Koalisi Pendidikan yang mencoba menilai visi mereka soal pendidikan.
Catatan Atas Visi Pendidikan Calon Presiden dan Wakil Presiden
“Judul Tanpa Isi”
Selama masa kampanye, tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden menebar banyak janji berkaitan upaya perbaikan pendidikan nasional. Mulai dari merealisasikan sekolah gratis, menghapus Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan dan Ujian Nasional, memperbaiki kurikulum dan sarana belajar mengajar, hingga meningkatkan dan mengefektifkan penggunaan anggaran pendidikan.
Pendidikan memang kunci untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Para pendiri negara bahkan memasukkan kalimat ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’ dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Mereka meyakini hanya dengan pendidikan Indonesia bisa bangkit dari keterpurukan akibat penjajahan.
Akan tetapi setelah merdeka pendidikan tidak dijadikan sebagai prioritas. Setiap pemerintahan cenderung menjadikannya sebagai komoditas untuk menopang kekuasaan. Sebagai contoh pada masa pemerintahan Orde Baru. Pendidikan digunakan sebagai alat indoktrinasi melalui kebijakan penyeragaman.
Begitu pula pada masa pemerintahan reformasi. Walau pendidikan menjadi salah satu agenda utama tuntuan reformasi, akan tetapi belum ada langkah kebijakan maupun langkah konkrit semua pemerintah-termasuk pemerintahan Megawati Soekarno Putri dan Soesilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, untuk melakukan perubahan mendasar dalam pendidikan nasional.
Akibatnya, kondisi pendidikan nasional terus menerus bergelut dengan masalah-masalah mendasar. Mulai dari gedung sekolah yang tidak layak pakai, kualitas guru yang rendah, minimnya sarana belajar mengajar, hingga korupsi yang membuat biaya pendidikan makin mahal.
Pemerintahan baru yang akan dipilih melalui pemilihan presiden pada 8 Juli 2009 diharapkan mampu membawa perubahan dan perbaikan bagi pendidikan nasional. Sebab kunci reformasi pendidikan sangat tergantung pada komitmen yang ditunjukan oleh visi maupun agenda aksi pemerintah baru.
Agenda Pendidikan Calon Presiden
Tawaran ketiga pasang calon presiden dan wakil presiden dalam upaya perbaikan pendidikan pada dasarnya tidak jauh berbeda. Paling tidak ada dua agenda utama yang dijanjikan akan diusung. Pertama, membuka akses pendidikan bagi semua kelompok warga; Kedua, meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan bagi semua kelompok warga.
Berikut beberapa agenda dan program aksi calon presiden dan wakil presiden dalam bidang pendidikan:
1. Pasangan Megawati – Prabowo
Dalam upaya membuka akses pendidikan, pasangan Mega-Pro menyatakan akan menjamin pendidikan yang terjangkau dengan membebaskan biaya pendidikan hingga sekolah menengah atas. Pada tingkat perguruan tinggi akan menyediakan fasilitas kredit untuk mahasiswa kurang mampu yang potensial melalui skema perbankan
Tawaran pasangan Mega-Pro dalam upaya membuka akses pendidikan adalah dengan menjamin keadilan antar wilayah dengan membangun fasilitas dasar dan penunjang yang sesuai standar di semua daerah, memberikan insentif yang lebih besar bagi guru dan tenaga pendidik, terutama di daerah terpencil, serta mnghapus pajak buku pelajaran dan menghentikan model penggantian buku pelajaran setiap tahun.
Sedangkan upaya meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan adalah melakukan reformasi politik pendidikan dengan memperbaharui kurikulum agar lebih berorientasi pada pengembangan potensi anak didik, penguatan karakter nasional lewat materi kebudayaan dan pendidikan humaniora serta menghapus ujian nasional dan menetapkan kenaikan otomatis serta mejamin akses internet di sekolah dan menyediakan paling tidak 3 komputer di sekolah dasar, 10 komputer di sekolah menengah pertama dan 30 komputer di sekolah menengah atas
2. Pasangan SBY-Boediono
Pasangan SBY-Boediono menawarkan pemanfaatan alokasi anggaran minimal 20 persen dari APBN untuk memastikan pemantapan pendidikan gratis dan terjangkau untuk pendidikan dasar 9 tahun dan dilanjutkan secara bertahap pada tingkatan pendidikan lanjutan di tingkat SMA. Pendidikan gratis atau terjangkau ini tidak hanya dilakukan dengan sekedar membebaskan murid dari SPP tetapi juga dari pungutan lain seperti buku wajib atau kegiatan praktek ekstra kurikulum.
Langkah lain adalah meneruskan dan mengefektifkan program rehabilitasi gedung sekolah yang sudah dimulai pada periode 2004-2009, sehingga terbangun fasilitas pendidikan yang memadai dan bermutu dengan memperbaiki dan menambah prasarana fisik sekolah, serta penggunaan teknologi informatika dalam proses pengajaran yang akan menunjang proses belajar dan mengajar agar lebih efektif dan berkualitas.
Sedangkan berkaitan dengan kualitas akan dilakukan perbaikan secara fundamental kualitas kurikulum dan penyediaan buku-buku yang berkualitas agar makin mencerdaskan siswa dan membentuk karakter siswa yang beriman, berilmu, kreatif, inovatif, jujur, dedikatif, bertanggung jawab, dan suka bekerja keras.
3. Pasangan JK-Wiranto
Pasangan JK-Wiranto tidak berbeda dengan dua pasangan lainnya. Agenda yang diusung adalah meningkatkan penyediaan pendidikan yang terjangkau melalui anggaran yang memadai, meningkatkan kualitas pemerataan pendidikan melalui sistem evaluasi yang proporsional, serta mempertegas pendidikan kejuruan melalui diversifikasi keahlian.
Janji Tanpa Visi
Agenda pendidikan yang ditawarkan oleh ketiga pasang calon presiden dan wakil presiden sangat mengecewakan
1. Tidak menyentuh esensi
Secara umum tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden tidak memiliki visi yang jelas dalam pendidikan. Sama seperti pemilihan umum sebelum-sebelumnya, yang ditawarkan baru sekedar janji-janji terutama berkaitan dengan isu-isu populis seperti sekolah gratis, ujian nasional, kenaikan alokasi anggaran pendidikan.
Agenda yang ditawarkan hanyalah program-program untuk menyelesaikan masalah ‘di depan mata’. Sedangkan blue print pendidikan untuk menentukan arah, sistem, dan strategi menjalankan kebijakan pendidikan nasional justru tidak ada. Hal tersebut memperlihatkan bahwa ketiga pasang calon presiden dan wakil presiden tidak serius untuk melakukan reformasi pendidikan.
2. Janji sulit direalisasi
Beberapa kebijakan yang dijanjikan oleh calon presiden dan wakil presiden seperti sekolah gratis hingga Sekolah Menengah Atas dan meningkatkan kesejahteraan guru, sulit direalisasikan. Sebab, anggaran untuk mendukung sangat tidak memadai. Klaim pemerintah mengenai anggaran 20 persen sudah memasukan gaji pendidik dan pendidikan kedinasan sehingga dengan alokasi anggaran yang ada sulit terjadi perubahan yang mendasar dalam penganggaran pendidikan.
Calon presiden dan wakil presiden sepertinya mengulangi sikap sebelumnya, tidak memiliki komitmen serius untuk mereformasi pendidikan. Sebaliknya, mereka menjadikan pendidikan sebagai komoditas untuk ‘mendongkrak’ suara dalam pemilihan umum.
3. Pendidikan Sebagai Hak dan Kewajiban
Belum ada penegasan di antara para calon presiden dan wakil presiden bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap warga negara, tanpa terkecuali mereka yang kekurangan secara ekonomi maupun mereka yang berkebutuhan khusus. Pendidikan sebagai hak mengandung implikasi bahwa pemerintah berkewajiban menyediakan sarana dan prasarana dasar yang diperlukan untuk pendidikan berkualitas yang bisa diakses semua warga negara.
Oleh karena itu sekolah-sekolah publik, sampai tingkat perguruan tinggi, harus dijaga agar tetap murah dan terjaungkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Komersialisasi perguruan tinggi negeri mengakibatkan semakin banyak masyarakat dari kalangan bawah yang tidak memiliki akses ke perguruan tinggi. Skema kredit perbankan atau beasiswa tidak cukup untuk menjawab persoalan ini.
4. Perbaikan kelembagaan dan menteri pendidikan
Departemen pendidikan nasional sebagai penanggungjawab utama penyelenggaraan pendidikan posisinya telah berubah dibanding beberapa tahun lalu. Dari sisi anggaran, depdiknas merupakan departemen pengelola uang terbanyak dibandingkan lembaga negara atau departemen-departemen lain.
Karena itu, menteri pendidikan sebagai pimpinan depdiknas tidak lagi diposisikan sebagai ‘hadiah’. Mendiknas justru akan menjadi target partai politik. Upaya ‘dagang sapi’ antara partai politik dengan calon presiden dan wakil presiden sudah dilakukan sebelum pemilihan presiden dimulai.
Selain itu, tidak ada satu pun pasangan yang menawarkan reformasi internal penyelenggara pendidikan terutama depdiknas. Relasi yang timpang ditambah tata kelola yang buruk membuka peluang bocornya anggaran untuk mendukung program pendidikan bocor di tengah jalan.
Jakarta, 25 Juni 2009
Koalisi Pendidikan
1. Lody Paat : 0818710505
2. Bambang Wisudo : 0811932683
3. Ade Irawan : 081289486486
Sumber:
http://www.antikorupsi.org/

16. Catatan Atas Visi Pendidikan Capres dan Wapres: “Judul Tanpa Isi”
Diterbitkan 3 Juli 2009 sosial budaya dan filsafat 6 Comments
Tags: artikel, berita, opini, pendidikan

Kampanye capres/ cawapres hampir selesai. Mereka telah menabur janji-janji. Bagaimana visi pendidikan para pasangan capres/ cawapres ini? Berikut press release Koalisi Pendidikan yang mencoba menilai visi mereka soal pendidikan.
Catatan Atas Visi Pendidikan Calon Presiden dan Wakil Presiden
“Judul Tanpa Isi”
Selama masa kampanye, tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden menebar banyak janji berkaitan upaya perbaikan pendidikan nasional. Mulai dari merealisasikan sekolah gratis, menghapus Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan dan Ujian Nasional, memperbaiki kurikulum dan sarana belajar mengajar, hingga meningkatkan dan mengefektifkan penggunaan anggaran pendidikan.
Pendidikan memang kunci untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Para pendiri negara bahkan memasukkan kalimat ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’ dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Mereka meyakini hanya dengan pendidikan Indonesia bisa bangkit dari keterpurukan akibat penjajahan.
Akan tetapi setelah merdeka pendidikan tidak dijadikan sebagai prioritas. Setiap pemerintahan cenderung menjadikannya sebagai komoditas untuk menopang kekuasaan. Sebagai contoh pada masa pemerintahan Orde Baru. Pendidikan digunakan sebagai alat indoktrinasi melalui kebijakan penyeragaman.
Begitu pula pada masa pemerintahan reformasi. Walau pendidikan menjadi salah satu agenda utama tuntuan reformasi, akan tetapi belum ada langkah kebijakan maupun langkah konkrit semua pemerintah-termasuk pemerintahan Megawati Soekarno Putri dan Soesilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, untuk melakukan perubahan mendasar dalam pendidikan nasional.
Akibatnya, kondisi pendidikan nasional terus menerus bergelut dengan masalah-masalah mendasar. Mulai dari gedung sekolah yang tidak layak pakai, kualitas guru yang rendah, minimnya sarana belajar mengajar, hingga korupsi yang membuat biaya pendidikan makin mahal.
Pemerintahan baru yang akan dipilih melalui pemilihan presiden pada 8 Juli 2009 diharapkan mampu membawa perubahan dan perbaikan bagi pendidikan nasional. Sebab kunci reformasi pendidikan sangat tergantung pada komitmen yang ditunjukan oleh visi maupun agenda aksi pemerintah baru.
Agenda Pendidikan Calon Presiden
Tawaran ketiga pasang calon presiden dan wakil presiden dalam upaya perbaikan pendidikan pada dasarnya tidak jauh berbeda. Paling tidak ada dua agenda utama yang dijanjikan akan diusung. Pertama, membuka akses pendidikan bagi semua kelompok warga; Kedua, meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan bagi semua kelompok warga.
Berikut beberapa agenda dan program aksi calon presiden dan wakil presiden dalam bidang pendidikan:
1. Pasangan Megawati – Prabowo
Dalam upaya membuka akses pendidikan, pasangan Mega-Pro menyatakan akan menjamin pendidikan yang terjangkau dengan membebaskan biaya pendidikan hingga sekolah menengah atas. Pada tingkat perguruan tinggi akan menyediakan fasilitas kredit untuk mahasiswa kurang mampu yang potensial melalui skema perbankan
Tawaran pasangan Mega-Pro dalam upaya membuka akses pendidikan adalah dengan menjamin keadilan antar wilayah dengan membangun fasilitas dasar dan penunjang yang sesuai standar di semua daerah, memberikan insentif yang lebih besar bagi guru dan tenaga pendidik, terutama di daerah terpencil, serta mnghapus pajak buku pelajaran dan menghentikan model penggantian buku pelajaran setiap tahun.
Sedangkan upaya meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan adalah melakukan reformasi politik pendidikan dengan memperbaharui kurikulum agar lebih berorientasi pada pengembangan potensi anak didik, penguatan karakter nasional lewat materi kebudayaan dan pendidikan humaniora serta menghapus ujian nasional dan menetapkan kenaikan otomatis serta mejamin akses internet di sekolah dan menyediakan paling tidak 3 komputer di sekolah dasar, 10 komputer di sekolah menengah pertama dan 30 komputer di sekolah menengah atas
2. Pasangan SBY-Boediono
Pasangan SBY-Boediono menawarkan pemanfaatan alokasi anggaran minimal 20 persen dari APBN untuk memastikan pemantapan pendidikan gratis dan terjangkau untuk pendidikan dasar 9 tahun dan dilanjutkan secara bertahap pada tingkatan pendidikan lanjutan di tingkat SMA. Pendidikan gratis atau terjangkau ini tidak hanya dilakukan dengan sekedar membebaskan murid dari SPP tetapi juga dari pungutan lain seperti buku wajib atau kegiatan praktek ekstra kurikulum.
Langkah lain adalah meneruskan dan mengefektifkan program rehabilitasi gedung sekolah yang sudah dimulai pada periode 2004-2009, sehingga terbangun fasilitas pendidikan yang memadai dan bermutu dengan memperbaiki dan menambah prasarana fisik sekolah, serta penggunaan teknologi informatika dalam proses pengajaran yang akan menunjang proses belajar dan mengajar agar lebih efektif dan berkualitas.
Sedangkan berkaitan dengan kualitas akan dilakukan perbaikan secara fundamental kualitas kurikulum dan penyediaan buku-buku yang berkualitas agar makin mencerdaskan siswa dan membentuk karakter siswa yang beriman, berilmu, kreatif, inovatif, jujur, dedikatif, bertanggung jawab, dan suka bekerja keras.
3. Pasangan JK-Wiranto
Pasangan JK-Wiranto tidak berbeda dengan dua pasangan lainnya. Agenda yang diusung adalah meningkatkan penyediaan pendidikan yang terjangkau melalui anggaran yang memadai, meningkatkan kualitas pemerataan pendidikan melalui sistem evaluasi yang proporsional, serta mempertegas pendidikan kejuruan melalui diversifikasi keahlian.
Janji Tanpa Visi
Agenda pendidikan yang ditawarkan oleh ketiga pasang calon presiden dan wakil presiden sangat mengecewakan
1. Tidak menyentuh esensi
Secara umum tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden tidak memiliki visi yang jelas dalam pendidikan. Sama seperti pemilihan umum sebelum-sebelumnya, yang ditawarkan baru sekedar janji-janji terutama berkaitan dengan isu-isu populis seperti sekolah gratis, ujian nasional, kenaikan alokasi anggaran pendidikan.
Agenda yang ditawarkan hanyalah program-program untuk menyelesaikan masalah ‘di depan mata’. Sedangkan blue print pendidikan untuk menentukan arah, sistem, dan strategi menjalankan kebijakan pendidikan nasional justru tidak ada. Hal tersebut memperlihatkan bahwa ketiga pasang calon presiden dan wakil presiden tidak serius untuk melakukan reformasi pendidikan.
2. Janji sulit direalisasi
Beberapa kebijakan yang dijanjikan oleh calon presiden dan wakil presiden seperti sekolah gratis hingga Sekolah Menengah Atas dan meningkatkan kesejahteraan guru, sulit direalisasikan. Sebab, anggaran untuk mendukung sangat tidak memadai. Klaim pemerintah mengenai anggaran 20 persen sudah memasukan gaji pendidik dan pendidikan kedinasan sehingga dengan alokasi anggaran yang ada sulit terjadi perubahan yang mendasar dalam penganggaran pendidikan.
Calon presiden dan wakil presiden sepertinya mengulangi sikap sebelumnya, tidak memiliki komitmen serius untuk mereformasi pendidikan. Sebaliknya, mereka menjadikan pendidikan sebagai komoditas untuk ‘mendongkrak’ suara dalam pemilihan umum.
3. Pendidikan Sebagai Hak dan Kewajiban
Belum ada penegasan di antara para calon presiden dan wakil presiden bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap warga negara, tanpa terkecuali mereka yang kekurangan secara ekonomi maupun mereka yang berkebutuhan khusus. Pendidikan sebagai hak mengandung implikasi bahwa pemerintah berkewajiban menyediakan sarana dan prasarana dasar yang diperlukan untuk pendidikan berkualitas yang bisa diakses semua warga negara.
Oleh karena itu sekolah-sekolah publik, sampai tingkat perguruan tinggi, harus dijaga agar tetap murah dan terjaungkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Komersialisasi perguruan tinggi negeri mengakibatkan semakin banyak masyarakat dari kalangan bawah yang tidak memiliki akses ke perguruan tinggi. Skema kredit perbankan atau beasiswa tidak cukup untuk menjawab persoalan ini.
4. Perbaikan kelembagaan dan menteri pendidikan
Departemen pendidikan nasional sebagai penanggungjawab utama penyelenggaraan pendidikan posisinya telah berubah dibanding beberapa tahun lalu. Dari sisi anggaran, depdiknas merupakan departemen pengelola uang terbanyak dibandingkan lembaga negara atau departemen-departemen lain.
Karena itu, menteri pendidikan sebagai pimpinan depdiknas tidak lagi diposisikan sebagai ‘hadiah’. Mendiknas justru akan menjadi target partai politik. Upaya ‘dagang sapi’ antara partai politik dengan calon presiden dan wakil presiden sudah dilakukan sebelum pemilihan presiden dimulai.
Selain itu, tidak ada satu pun pasangan yang menawarkan reformasi internal penyelenggara pendidikan terutama depdiknas. Relasi yang timpang ditambah tata kelola yang buruk membuka peluang bocornya anggaran untuk mendukung program pendidikan bocor di tengah jalan.
Jakarta, 25 Juni 2009
Koalisi Pendidikan
1. Lody Paat : 0818710505
2. Bambang Wisudo : 0811932683
3. Ade Irawan : 081289486486
Sumber:
http://www.antikorupsi.org/
6 Tanggapan ke “Cat

17. Berita dan Foto Mengenaskan Para TKW Korban Penganiayaan di Negeri Seberang
Diterbitkan 29 Juni 2009 sosial budaya dan filsafat 35 Comments
Tags: artikel, berita, opini, pendidikan, umum

Eli Indriani, TKW asal Lampung selama dua bulan di Kuala Lumpur, Malaysia. Ia menderita luka di sekujur tubuhnya yang didapatnya selama bekerja pada Tan Kim Liem di Jalan Genting Kela, Kuala Lumpur

Sumber: http://ecosoc-monitor.blogspot.com
============================
TKW korban penganiayaan, Hikmah binti Sarni Parjan asal Grobogan, Jawa tengah Gadis asal Dusun Mrebung RT 1 RW 1 Desa Kemloko ini dianiaya majikannya di Arab Saudi dengan benda keras hingga punggungnya melepuh

============================
Siti Hajar, tenaga keja wanita asal Garut, Jawa Barat. mengalami penganiayaan dan penyiksaan dari majikannya yang bernama Michel alias Hau Yuang Tyng di Malaysia

Sumber: http://www.tempointeraktif.com
============================
Nirmala Bonas, TKW asal Nusa Tenggara Timur. Oleh majikannya, dadanya disterika, badannya disiram air panas hingga pada melepuh, dan kepalanya dipukul hanger hingga menimbulkan luka parah dan sadis.
.
Sumber: http://alisyahsamosir.wordpress.com
============================
AULIYAH, tenaga kerja wanita (TKW) warga Blok Masjid Asolikhin, RT 05 RW 03, Desa Singajaya, Kec./Kab. Indramayu, pulang ke kampung halaman dalam kondisi nyaris buta. Hal itu terjadi karena ia sering dianiaya sang majikan di Kota Al-Arad, Bahrain.

Sumber:http:/pikiran-rakyat.com
======================================
Daftar TKW yang Menjadi Korban Perkosaan di Negeri Seberang
1. Eka Apri Setiowati yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga di rumah Seow Eng Aik yang beralamat di 21-1-2 Tingkat Paya Terubong 3 Paya Terubong Air Itam Penang mengaku sudah tiga kali diperkosa majikannya dibawah ancaman. Sumber: http://tempo.co.id
2. Sy binti Ec, TKW asal Kabupaten Karawang, Jawa Barat kabur dari Kuwait karena diperkosa oleh majikannya, Mizdel Benian Halif Otaibi. Sumber http://kompas.com
3. Suryani bekerja sebagai pembantu di Johor Bahru selama dua tahun tapi belum pernah menerima gaji. Suryani selalu meminta gaji, namun majikannya hanya memberi janji dan Suryani akhirnya melarikan diri. TKW asal NTB ini menjadi korban perkosaan oleh anggota RELA (pasukan sipil sukarelawan Malaysia) melahirkan seorang anak perempuan sumber: http://www.kapanlagi.com
4. Anna, (bukan nama sebenarnya) korban perkosaan dan penganiayaan yang dilakukan oleh majikan dan diperkosa oleh agen jasa tenaga kerja di Saudi Arabia. Sumber: ttp://beritapendidikan.com
5. dsb………….dsb………….yang mungkin kedepannya akan terus semakin bertambah
======================================
Daftar TKW yang Meninggal di Negeri Seberang yang diduga Korban Penganiayaan
1. Kurniasih, seorang TKW asal Demak, Jawa Tengah, bekerja di Kuala Lumpur selama. empat bulan.ditemukan tewas di kamarnya, Pucong Perdana, Kuala Lumpur dengan kondisi tubuh yang lebam-lebam . Sumber: http://www.kabarindonesia.com
2. Sundari, TKW asal Desa Ketanon, Ngantru, Tulungagung, sangat memukul pihak keluarga. Mereka menduga, Sundari yang bekerja di Riyadh, Arab Saudi ini meninggal akibat dianiaya majikan. Sumber: http://surabaya.detik.com
3. Binti Roisatun , Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang tewas akibat penganiayaan di rumah majikannya, Al Manshur, di Riyadh Arab Saudi. Sumber: http://www.gatra.com
4. Laila Darus Seorang TKW (Tenaga Kerja Wanita) asal Indramayu meninggal di Syiria diduga akibat penganiayaan majikannya. Selain mengalami kekerasan fisik, gaji korban selama bekerja selama satu tahun sama sekali belum dibayar. Sumber: http://www.indosiar.com
5. Aan Rohana binti Jaja Markun , asal Dusun Sumurbatu, RT 01/01 Desa Sukamerta, Kec Rawamerta, Kab Karawang yang tewas terjatuh dari lantai empat, di Damaskus, Suriah. Menurut seorang TKW asal Indonesia berinisial UK, Aan terjatuh karena didorong majikannya. Sementara, kesaksian lainnya mengatakan, jatuhnya Aan murni kecelakaan kerja. Sumber: http://news.okezone.com
6. dsb………….dsb………….yang mungkin kedepannya akan terus semakin bertambah
========================
Catatan dan Refleksi:
Foto dan berita di atas hanyalah sebagian dari berbagai fakta tentang tragedi kemanusiaan yang menimpa saudara-saudara kita. Mereka berusaha mengais rejeki di negeri orang, dengan berbekal sejuta mimpi indah, namun yang mereka dapatkan justru mimpi buruk yang mengerikan. Hasrat hati ingin memperbaiki nasib dan kehidupan, namun justru kemalangan yang mereka dapatkan.
Atas segala resiko dan pengorbanannya, mereka sering dipuja sebagai “Pahlawan Devisa Negara”, tetapi apakah tidak ada cara lain yang lebih bermartabat untuk mendapatkan devisa negara? Saya kira terlalu mahal untuk memperoleh devisa dengan cara mengorbankan harga diri pribadi dan harga diri kita sebagai sebuah bangsa.
Semua peristiwa mengenaskan ini tentunya harus menjadi bahan renungan semua pihak agar tidak terus menerus berulang, sekaligus juga demi tegaknya harga diri dan kehormatan bangsa.
Ah………….andaikan saja seluruh anak bangsa ini cerdas dan terdidik, mungkin peristiwa-peristiwa tragis semacam ini bisa dieliminir atau bahkan sama sekali ditiadakan.
================================
Berita dan foto diambil dari berbagai sumber di internet
35 Tanggapan ke “Berita dan Foto Mengenaskan Para TKW Korban Penganiayaan di Negeri Seberang”

18. MEGAWATI-PRABOWO, SBY-BOEDIONO, JK-WIRANTO, Ayo Keluarkan Isi Benak Anda tentang Pendidikan di Negeri ini!
Hari Jumat (29-Mei-2009) Komisi Pemilihan Umum (KPU), secara resmi mengumumkan tiga pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang akan maju berkompetisi memperebutkan kursi kepresidenan dalam PILPRES 2009 ini.
Telah kita maklumi bersama, ketiga pasangan tersebut adalah:
1. MEGAWATI-PRABOWO
2. SBY-BOEDIONO
3. JK-WIRANTO
Namun semenjak mereka mendeklarasikan dan mendaftarkan diri sebagai kandidat presiden dan wakil presiden, terus terang saya belum dapat melihat secara utuh dari ketiga pasangan tersebut tentang apa sesungguhnya impian mereka tentang pendidikan di negeri ini dan apa yang akan mereka lakukan untuk pendidikan di negeri ini, paling tidak untuk lima tahun ke depan. Bagi saya, semuanya masih tampak serba samar-samar
Sebagai orang yang bergerak dan hidup berkecimpung dalam dunia pendidikan, saya merasa sangat berpentingan dengan visi, misi dan komitmen para kandidat presiden dan wakil presiden ini terhadap pendidikan. Tentunya bukan karena alasan pribadi, tetapi ada sesuatu yang lebih dalam. Mari kita lihat kembali isi yang terkandung dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 . Di sana secara jelas tercantum salah satu yang menjadi tujuan berdirinya negara Republik Indonesia ini, yakni berusaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Saya amat yakin perumusan tujuan negara ini telah didasari oleh kearifan dan kesadaran para pendiri negara akan arti penting pendidikan bagi bangsa ini untuk menjadi sebuah bangsa yang cerdas dan bermartabat.
Pengalaman sejarah pun membuktikan bahwa sebuah bangsa bisa maju dan besar manakala bangsa itu dapat terdidik melalui pendidikan yang layak, bermutu dan bermartabat. Rasanya kita sudah bosan menjadi bangsa yang terhinakan di mata internasional akibat ketidakcerdasan kita (misalnya menjadi kelompok negara terkorup dan negara pertama yang paling banyak menghabiskan hutan). Dalam pandangan saya, tidak akan pernah ada korupsi atau pembabatan hutan secara massif, bahkan tidak akan ada antrian panjang para manula menanti pembagian BLT, jika kita benar-benar dapat menjadi bangsa yang cerdas.
Jadi, siapapun yang akan tampil menjadi pemenang dalam kontes menuju kursi kepresidenan ini seharusnya mereka yang benar-benar memiliki pemahaman dan keyakinan yang tinggi akan arti penting pendidikan bagi bangsa ini, guna menjadikan bangsa ini sebagai bangsa yang cerdas.
Jika kelak yang terpilih justru pasangan presiden dan wakil presiden yang kurang memiliki komitmen terhadap pendidikan alias menyepelekan akan arti penting pendidikan untuk bangsa ini, maka selama di bawah kepemimpinannya, secara langsung atau tidak langsung kita sedang dibawa menuju sebagai bangsa yang tolol dan pecundang.
Oleh karena itu, saya berharap kepada ketiga pasangan kandidat Presiden dan Wakil Presiden, ayolah keluarkan isi benak Anda tentang pendidikan di negeri ini, dan biarkan kami memilih siapa yang terbaik di antara Anda!
Kepada para pengunjung yang merasa peduli terhadap pendidikan di negeri ini, mari pancing suara para kandidat Presiden dan Wakil Presiden tersebut agar kita bisa melihat dan mendengar secara jelas isi benak mereka tentang pendidikan di negeri ini.
Melalui forum ini pula Anda bisa menuangkan harapan dan keinginan Anda terhadap ketiga kandidat Presiden dan Wakil Presiden tersebut tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan dunia pendidikan kita. Apakah akan terdengar atau tidak suara Anda oleh mereka, kiranya tak perlu dipermasalahkan.
19. Pembelajaran diri dalam PEMILU Legislatif 2009
Terlepas dari proses dan hasil angka yang diperoleh para kontestan PEMILU Legislatif 2009 yang baru saja digelar, bahwa selama bergulirnya kegiatan PEMILU 2009 ini telah terjadi proses pembelajaran sangat berharga dalam diri saya.
Sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku, sebagai Pegawai Negeri Sipil, ruang gerak partisipasi saya dalam Pemilu kali ini tidak begitu leluasa sehingga tidak memungkinkan saya untuk aktif berkiprah dalam partai peserta PEMILU atau mendukung Caleg tertentu.Kendati demikian, kapasitas saya sebagai warga negara yang masih diberikan kesempatan untuk memilih telah saya tunaikan pada hari pencontrengan yang lalu.
Untuk sampai pada pencontrengan nama calon dan partai yang saya pilih, saya merasakan adanya perubahan sudut pandang saya dalam menentukan pilihan. Seperti dimaklumi, PEMILU legislatif kali ini merupakan PEMILU berorientasi orang (saya menyebutnya people-oriented). Di tengah-tengah berjibunnya jumlah partai dan para calon yang membingungkan, saya berupaya untuk menentukan pilihan dengan mengutamakan kapasitas dan kredibilitas dari calon yang bersangkutan, tentunya berdasarkan informasi dan pengetahuan yang saya miliki. atau dengan kata lain, apapun partainya, yang penting orangnya.
Sayangnya, tidak selamanya saya harus berpegang pada people-oriented, untuk pemilihan caleg tingkat provinsi, sejujurnya saya mengalami kesulitan untuk memahami kapasitas dari para calon yang terdaftar. Untuk kasus ini saya lebih cenderung mempercayakan kepada partainya, yang menurut pemikiran saya relatif memiliki kredibilitas lebih baik. Dalam hal ini, prinsip yang saya pegang, jika tidak kenal orangnya, maka pilihlah partainya yang paling dipercaya.
Hal lain yang menjadi pertimbangan saya dalam memilih orang maupun partai adalah sejauh mana kepedulian dan komitmennya terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia. Jangan harap dapat suara dari saya jika orang ataupun partai yang bersangkutan kurang atau bahkan sama sekali tidak memiliki indikasi untuk memajukan pendidikan di negeri ini.
Itulah pembelajaran yang saya dapati dalam PEMILU Legislatif 2009 ini, yang bisa dikatakan sebagai bentuk dukungan saya terhadap upaya demokratisasi dan kemajuan pendidikan di negeri ini. Mungkin akan lain cerita, jika saya bukan sebagai Pegawai Negeri Sipil atau peraturan PEMILU-nya memungkinkan Pegawai Negeri Sipil untuk berkiprah dalam politik.
Walaupun demikian, saya tetap menghendaki dan berkeyakinan sebaiknya Pegawai Negeri Sipil tidak usah dilibatkan dalam politik praktis, biarkan mereka bekerja secara profesional sesuai bidangnya masing-masing, tanpa memandang siapa dan partai apa yang harus dan sedang berkuasa.
20. Korupsi di Indonesia Ibarat Kanker Ganas, Jangan Mati Gara-Gara Korupsi
Perilaku korupsi di jajaran birokrasi pemerintahan saat ini tergolong sangat parah. Jika diibaratkan penyakit dalam tubuh manusia, tak ubahnya seperti penyakit kanker ganas yang akar-akarnya sudah menjalar ke seluruh bagian tubuh. Meski belum sampai kepada ajal, penderitaan akibat dari penyakit ini sungguh amat menyakitkan.
Saat ini kita dapat menyaksikan berbagai peristiwa yang memilukan, sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari penyakit ini. Jumlah orang miskin di Indonesia masih tergolong tinggi, ribuan orang terpaksa harus antri untuk menerima Bantuan Langsung Tunai. Banyak orang harus berduyun-duyun untuk menerima zakat, yang besarnya tidak seberapa. Di Jakarta ditemukan sekelompok orang yang terpaksa memakan daging dan makanan lainnya yang diambil dari tumpukan sampah. Banjir terjadi dimana-mana, karena hasil hutannya dikorupsi secara besar-besaran. Angka Indeks Pengembangan Sumber Daya Manusia masih sangat memprihatinkan, karena dana pendidikan juga tidak luput dari keganasan serangan penyakit ini. Ketidakadilan dalam hukum masih dirasakan di berbagai belahan wilayah hukum kita, karena para penegak hukumnya sangat rentan terhadap serangan penyakit ini. Tentunya masih banyak lagi penderitaan-penderitaan lainnya. Penyakit ini telah menyerang tubuh mulai dari ujung kepala hingga ke ujung kaki Di bagian kepala, kita telah menyaksikan jenis penyakit yang menyengsarakan rakyat ini, sebagaimana diperagakan oleh oknum anggota DPR, oknum Menteri, oknum Kejaksaan Agung, oknum Bank Indonesia, oknum Mabes POLRI, dan oknum KPU. Di bagian tubuh tengah atau sebut saja bagian dada dan perut, kita juga telah menyaksikan oknum Gubernur dan beberapa pejabat lainnya di tingkat provinsi. Sementara di bagian kaki, ada beberapa Bupati, sejumlah anggota DPRD Kabupaten/Kota, dan sejumlah pejabat lainnya yang berada di wilayah bagian kaki, termasuk mereka yang berada di bagian telapak kaki.
Sebagian dari mereka, ada yang sudah jelas-jelas dinyatakan terkena penyakit dan sedang menjalani pengobatan di beberapa Lembaga Pemasyarakatan dan sebagian lagi ada yang masih dalam taraf dugaan (suspected) dan sedang menjalani proses diagnosis. Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan bagi mereka untuk siap-siap menjalani pengobatan pula.
Kanker ganas yang menyerang bagian kepala biasanya jauh lebih berbahaya, karena di sana terdapat otak yang berfungsi sebagai pusat pengendali aktivitas kehidupan Begitu juga dengan penyakit korupsi, korupsi pada bagian kepala, kerugian yang diderita negara bisa mencapai milyaran bahkan trilyunan rupiah. Sementara korupsi di tingkat telapak kaki mungkin hanya bernilai recehan, tetapi ibarat penyakit kanker, meski berada di bagian telapak kaki dan bersifat recehan, jika dibiarkan tetap saja akan membahayakan dan merugikan. Kebijakan Otonomi Daerah, yang semula bertujuan untuk memberdayakan masyarakat di tingkat bawah (grass root), malah disinyalir telah semakin mendorong tumbuh suburnya korupsi di bagian kaki ini. Bahkan tingkat bahayanya pun hampir sudah bisa menandingi penyakit korupsi di bagian kepala.
Begitu parahnya penyakit korupsi di Indonesia, ternyata tidak hanya terjadi pada saat berada di dalam negeri atau kampung halaman sendiri, ketika berada di luar negeri sekalipun, penyakit ini masih terbawa-bawa, seperti apa yang dilakukan oleh oknum Duta Besar dan Konsulat Jenderal.. Memang sudah sangat keterlaluan cara-cara korupsi yang dilakukan anak bangsa ini, jangan-jangan suatu saat ketika sedang dijerumuskan ke dalam neraka jahanam pun, masih ada orang Indonesia yang nekad berbuat korupsi. Akibat penyakit korupsi yang sudah sangat akut dan kronis ini, maka tidak mengherankan jika saat ini Indonesia dinyatakan sebagai lima besar negara terkorup di dunia. Sungguh menjadi ironis, ketika bangsa lain sedang berusaha membangun negaranya untuk dapat menjadi negara SUPER POWER yang disegani dan dihormati oleh bangsa lainnya, yang terjadi di Indonesia malah ramai-ramai orang berkorupsi membentuk negara SUPER CORRUPT.
Untuk menyembuhkan penyakit korupsi yang demikian parah ini, akhirnya datanglah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Kehadiran KPK dapat diibaratkan sebagai Dokter Spesialis Korupsi dan sebagaimana layaknya seorang Dokter Spesialis, kemampuan dan komitmennya pasti lebih unggul. Peralatan dan metode yang digunakan pun tidak lagi menggunakan cara-cara konvensional, dan hasilnya boleh dikatakan tidak terlalu mengecewakan, setidaknya bisa mengurangi beban penderitaan sang pasien. Beberapa kasus yang telah disebutkan di atas, diantaranya merupakan hasil diagnosis dan kerja keras dari KPK, sang Dokter Spesialis Korupsi ini.
Mungkin karena usianya relatif masih muda, langkah-langkah yang diambil sang Dokter Spesialis Korupsi ini pun tampaknya belum bisa menjangkau seluruh bagian tubuh, baru bagian-bagian tubuh tertentu saja. Andaikan Dokter Spesialis Korupsi ini terus bergerak melakukan kiprahnya secara konsisten, maka hampir bisa dipastikan ke depannya akan semakin banyak ditemukan bagian-bagian tubuh yang terjangkiti penyakit, baik yang berada di bagian kepala, perut, maupun telapak kaki, dan orang-orang yang perlu dirawat pun akan semakin bertambah.
Seharusnya pekerjaan mendiagnosis penyakit korupsi ini dilakukan oleh lembaga Kejaksaan dan Kepolisian, namun kedua lembaga penegakan hukum ini tampaknya sedang dirundung penyakit yang sama, bahkan diduga kondisinya jauh lebih parah. Tidak sedikit kasus korupsi yang ditangani kedua lembaga tersebut, bukannya menjadi sembuh tapi malah menjadi semakin parah, karena bentuk dan metode pengobatan yang digunakannya menyimpang dari prosedur seharusnya alias memberantas korupsi dengan cara korupsi lagi ! Bagi oknum jaksa atau polisi yang sudah terserang penyakit ini, kehadiran KPK mungkin akan dianggap sebagai kompetitor yang telah merebut lahan bisnisnya sekaligus juga ancaman bagi dirinya.
Tentunya kita semua berharap, penyakit korupsi ini dapat segera sembuh secara tuntas. Kita tidak menghendaki esok atau lusa ada orang lain yang berucap: “TURUT BERDUKA CITA, TELAH BERPULANG KE RAHMATULLAH SEBUAH NEGERI YANG BERNAMA INDONESIA”, MENINGGAL DISEBABKAN OLEH PENYAKIT KORUPSI YANG TAK TEROBATI. Read More!