Peran Tenaga IT dalam Pengentasan Kemiskinan

Barusan saya membaca judul berita di Jawa Pos (online), tentang kunjungan Muhammad Yunus ke istana negara untuk memberi kuliah Tips Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. Untuk selengkapnya bisa dibaca di :

http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=9061

Ada beberapa rumusan / kesimpulan yang ditulis Jawa Pos dari kegiatan tersebut antara lain (saya tambahi kurangi seperlunya agar enak dibaca):

  • Sistem kredit mikro harus bisa menjangkau semua lapisan masyarakat. Bahkan para pengemis / gelandangan sekalipun
  • Harus tersedia piranti hukum perbangkan untuk memayungi sistem kredit tersebut.
  • Orang miskin jangan hanya diberi dana kredit, namun diberdayakan. Yaitu mendorong kreativitas agar bisa menciptakan pekerjaan dan menentukan nasib sendiri. Kemudian juga dilakukan pendampingan dan pembinaan manajemen.
  • Untuk mendukung pendanaan bisa dibentuk Wholesale Fund, yaitu dukungan/pemberian dana kepada pihak yang meminjamkan uang/kredit kepada orang miskin.
  • Membentuk badan independen untuk mengawasi penyimpangan kredit mikro

Kita tahu kemiskinan di Indonesia terbentuk bukan karena negaranya yang miskin. Akan tetapi sistem pemerintahan ( dan kehidupan ) yang memang tidak mendukung orang miskin untuk berkembang. Sehingga kekayaan yang mestinya bisa dinikmati secara merata malah dinikmati oleh segelintir orang.

Kasus penarikan dana Askeskin oleh pemerintah juga menjadi contoh kebijakan untuk meringankan beban kehidupan orang miskin masih banyak tantangan. Disana-sini masih banyak disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan pribadi.

Sebenarnya konsep pengentasan kemiskinan sudah cukup bahkan bisa dibilang sangat bagus, tinggal implementasinya yang sulit. Sewaktu saya mengikuti seminar JPIP Otonomi Award beberapa waktu lalu, bu Erna Witoelar juga mengemukakan konsep yang serupa. Yang intinya yaitu pemberian kesempatan yang sama, pemberdayaan, bimbingan, serta pendampingan.

Untuk itu siapapun semestinya tidak saja mendukung, akan tetapi ikut memikirkan realisasi program-program pengentasan kemiskinan diatas. Setidaknya walaupun belum mampu berbuat apapun, akan tetapi dengan ikut memikirkannya, setidaknya memory kita akan menyimpannya sebagai jaga-jaga, sehingga jika suatu saat menemukan stimulan yang tepat, mungkin kita bisa berbuat sesuatu yang lebih riil. Berbeda jika kita tidak memikirkan sama sekali, maka sekalipun kesempatan itu, maka akan terlewat begitu saja.

Dalam konsep mengentaskan kemiskinan – seperti uraian di atas – integrasi dan kerjasama berbagai bidang ilmu akan sangat dibutuhkan. Apakah itu bidang teknologi (IT), ekonomi, pendidikan, sosial dan juga budaya.

Secara global jelas ilmu ekonomi yang berperan, sebagaimana Muhammad Yunus dengan konsep kredit untuk orang miskinnya di Bangladesh. Akan tetapi untuk sosialisasi, pendampingan, dan pemberdayaan akan sangat dibutuhkan ilmu sosial dan budaya. Kemudian sebagai kontrol, selain juga sisi sosial politik, tentunya sangat dibutuhkan teknologi. Dalam hal ini Teknologi Informasi.

Kasus penyimpanan dana Akseskin miliaran rupiah, atau berbagai kasus korupsi daerah akan bisa sangat terkurangi jika sistem akuntansi atau informasi publik bisa berjalan dengan baik. Tentunya, tidak saja penyimpangan yang dihindari, akan tetapi segala proses managerial implementasi penyebaran dana kemiskinan tersebut tentu juga bisa dibantu. Misalnya, pengumpulan data, pengelompokan, kalkulasi kebutuhan, laporan atau evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan bisa terpantau dengan baik. Sehingga meningkatkan efisiensi dan efektifitas di tiap kegiatan yang ada di atas.

Sebagai tenaga IT, atau secara umum sebagai warga negara yang baik, dimanapun posisi kita berada, sudah sewajarnya kita juga memikirkan hal ini. Karena bisa saja solusi inovatif justru berasal dari orang yang tidak diduga, bukan pada aparat yang duduk di posisi yang semestinya mengatasi masalah ini.

Para mahasiswa yang disekolahkan luar negri, mungkin menemukan algoritma-algoritma canggih untuk pengentasan kemiskinan dari sisi IT. Para mahasiswa yang mau skripsi, mungkin punya banyak ide yang fresh. Para profesional IT yang mungkin sehari-hari bergelut dengan kegiatan kerja kantor, mungkin justru punya pemikiran yang jernih dan inovatif. Atau bahkan para mahasiswa baru, harus sesegera mungkin ditanamkan untuk ikut memikirkan masalah-masalah kerakyatan. Sehingga ketika menempuh mata kuliah sehari-hari sudah bisa menghubungkan dengan permasalahan riil. Malah kemungkinan bisa memacu semangat belajar dan penguasaan materi kuliah, karena ketika otak kirinya berfikir rumus, otak kanannya aktif mencari korelasi bagaimana mengatasi kemiskinan (atau masalah lain) dengan mata kuliah ini.

Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat dan rakyat Indonesia cepat keluar dari kemiskinan.


http://segerhasani.wordpress.com/2007/08/08/peran-tenaga-it-dalam-pengentasan-kemiskinan/

Share this post!

Bookmark and Share

0 comments:

Post a Comment